Tuesday 14 March 2017

Islam di Eropa dan Nasib Muslim Masa Kini


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Islam mulai masuk ke Eropa sudah dimulai dari berabad-abad yang lalu semua itu di awali oleh penaklukan negara Andalusia pada tahun 756 m sampai 1492 M di semenanjung Iberia. Kemudian berlanjut melalui Sisilia serta penaklukan wilayah bahkan yang dilakukan oleh kekhalifahan Utsmaniyyah. Kehadiran dan perkembangan Islam di Eropa kemudian berlanjut dari imigrasi besar-besaran umat Islam yang berada di negara-negara Islam menuju Eropa setelah selesai perang dunia kedua.
Umat muslim mulai memasuki benua Eropa sejak adanya permintaan bantuan kepada Musa bin Nushair yang waktu itu menjabat Gubernur Afrika Utara oleh seorang bansawan Gothia Barat bernama Graf Yulian yang sedang berkuasa di Geuta Afrika Utara. Waktu itu dia meminta bantuan agar Gubernur bisa membantu keluarga “Witiza” yang sedang menghadapi konflik dengan tentara roderik yang waktu itu memberontak merebut singgasana keluarga “Witiza” pada tahun 710 M.
Singkat cerita, permintaan itu disampaikan oleh Musa kepada khalifah Walid bin Abdul Malik di Damaskus. Diluar dugaan permintaan itu dengan catatan agar Musa berhati-hati. Sebagai antisipasi dan penjagaan, maka dikirimlah 200 orang pasukan yang dipimpin oleh Tharif bin Malik. Pasukan ini mendarat di Tarifa. Setelah diselidiki, Tharif bin Malik akhirnya meyakinkan Musa akan kesungguhan Graf yulian yang memang benar-benar meminta bantuan. Musa pun menyampaikan kepada Khalifah Walid bin Walid, setelah berunding dikirimlah pasukan pilihan yang dipimpin Thariq bin Ziyad seorang panglima besar yang gagah dan sangat berani, pasukan ini dikirim melalui kota Tanger yang menyebrangi serat Giblatar.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam yang akan dipaparkan adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana keadaan Islam di Eropa?
2. Bagaimana Islam masuk di Eropa?
3. Bagaimana sejarah perkembangan Islam di Eropa?
4. Bagaimana kemajuan peradapan Islam di Eropa?
5. Apa sebab – sebab kehancuran Islam di Eropa?
6. Bagaimana Nasib Muslim masa Kini?

BAB II
PEMBAHASAN

A. Keadaan Islam Di Eropa

  Kehadiran Islam di Eropa bukan gejala baru. Kedatangan orang-orang Islam datang ke Eropa setelah usainya perang dunia kedua. Akibat usainya perang, Eropa perlu membangun kembali pabrik – pabrik yang telah hancur dan menata kehidupan ekonomi lainnya. Untuk itu, semua memerlukan tenaga kerja yang murah. Tenaga kerja yang di datangkan adalah sebagian besar umat Islam. Penguasa Eropa memandang dirinya sebagai orang yang mendapatkan kepercayaan untuk menjinakkan manusia – manusia pencela, penyembah berhala, untuk di selamatkan ke pangkuan gereja. Orang Muslim memandang dirinya sebagai keturunan manusia yang memang segalanya berbeda dengan Eropa yang gagah dan terpelajar.
Setelah berakhirnya periode klasik Islam, ketika Islam mulai memasuki masa kemunduran, Eropa bangkit dari keterbelakangannya. Kebangkitan itu terlihat dalam bidang politik dengan keberhasilan Eropa mengalahkan kerajaaan – kerajaan Islam dan bagian dunia lainnya, terutama dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Bahkan, kemajuan dalam bidang ilmu dan teknologi itulah yang mendukung keberhasilan politiknya. Kemajuan – kemajuan Eropa ini tidak bisa di pisahkan dari pemerintahan Islam di Spanyol. Dari Islam Spanyol di Eropa banyak menimba ilmu. Pada periode klasik, ketika islam mencapai masa kejayaannya, Spanyol merupakan pusat peradapan Islam yang sangat penting, menyaingi baghdad dari timur. Ketika itu orang – orang Eropa Kristen banyak belajar di perguruan – perguruan tinggi Islam di sana. Islam menjadi “guru” bagi orang Eropa. Karena itu, kehadiran islam di Spanyol banyak menarik perhatian para sejarawan.

B. Masuknya Islam di Spanyol

Spanyol diduduki umat islam pada zaman Khalifah Al-Walid (705-715), salah seorang khalifah dari Bani Umayah yang berpusat di Damaskus.  Pada proses penaklukan Spanyol terdapat tiga pahlawan Islam yang dikatakan paling berjasa memimpin satuan pasukan. Mereka adalah Tharif ibn Malik, Thariq ibn Ziyad, dan Musa ibn Nushair. Tharif ibn Malik disebut sebagai parintis dan penyelidik. Karena ia telah menyebrangi selat yang berada diantara Maroko dan benua Eropa dengan satu pasukan perang, 500 orang diantaranya adalah pasukan tentara berkuda dan menaiki empat buah kapal. Dalam penyerbuan itu Tharif tidak mendapatkan perlawanan yang berarti sehingga ia kembali ke Afrika Utara dengan membawa harta rampasan yang sangat banyak.
Pahlawan Islam kedua adalah Thariq ibn Ziyad di bantu oleh 7000 orang pasukan perang pada tahun 711 M. Pasukan sebanyak itu dikirimkan oleh Musa ibn Nushair. Thriq ibn Ziyad lebih banyak di kenalsebagai penakluk Spanyol, karena pasukannya lebih besar dan hasilnya lebih nyata. Sebagian pasukannya berasal dari suku Barbar yang didukung oleh Musa ibn Nushair dan sebagian lagi orang arab yang dikirim khalifah Al Walid. Pasukan itu kemudian menyebrangi selat di bawah pimpinan Thariq ibn Ziyad. Sebuah gunung tempat pertama kali Thariq dan pasukannya mendarat dan menyiapkan pasukannya, dikenal dengan nama Gibraltar (Jabal Thariq). Dengan dikuasainya daerah ini, maka terbukalah pintu secara luas untuk memasuki Spanyol. Dalam pertempuran Bakkah ini Raja Roderick dapat dikalahkan. Dari situ Thariq dan pasukannya terus menaklukan kota-kota penting, seperti Cordova, Granada, dan Toledo. Sebelum Thariq menaklukan kota Toledo, ia meminta tambahan pasukan kepada Musa ibn Nushair di Afrika Utara. Musa mengirimkan pasukan tambahan sebanyak 5000 personil, sehingga jumlah pasukan Thoriq seluruhnya 12000 orang.
Kemenangan pertama yang di capai oleh Thoriq ibn Ziyad membuka jalan untuk menaklukkan wilayah yang lebih luas lagi. Untuk itu Musa ibn Nushair merasa perlu melibatkan diri dalam gelanggang pertempuran untuk membantu perjuangan Thoriq. Dengan suatu pasukan yang besar ia berangkat menyebrangi selat itu dan satu persatu kota yang di lewatinya dapat di taklukannya setelah Musa berhasil menaklukan Sidonia, Karmona, Seville, dan Merida serta mengalahkan penguasa kerajaan gothic, Theodomir di Orihuela dan bergabung dengan Thoriq di Toledo sehingga keduanya berhasil menguasai seluruh kota penting di Spanyol termasuk bagian utaranya mulai dari Saragosa sampai Navarre.
Islam di Spanyol pernah mengalami masa kejayaan pada masa daulah Bani Umayyah II. Akan tetapi Islam terkekang oleh usaha-usaha kristenisasi hingga abad ke 20. Mesjid Raya Kordova merupakan peninggalan masa lalu, dan kini telah dipergunakan untuk shalat Idul Fitri dan Idul Adha, juga disediakan tanah untuk pendirian Islamic Centre.

C. Perkembangan Islam di Spanyol

Sejak pertama kali menginjak kaki di tanah spanyol hingga jatuhnya kerajaan islam terakhir di sana, isalm memainkan peranan yang sangat besar. Masa itu berlangsung lebih dari tujuh setengah abad. Sejarah panjang yang di lalui umat Islam di spanyol itu dapat di bagi menjadi enam periode, yaitu :

1. Periode Pertama (711-755 M) 

Pada periode ini Spanyol berada di bawah pemerintahan para wali yang diangkat oleh Khalifah Bani Umayah yang berpusat di Damaskus. Pada periode ini stabilitas politik negeri Spanyol belum tercapai secara sempurna, gangguangangguan masih terjadi, baik datang dari dalam maupun dari luar. Gangguan dari dalam antara lain berupa perselisihan di antara elite penguasa, terutama akibat perbedaan etnis dan golongan. Disamping itu, terdapat perbedaan pandangan antara khalifah di Damaskus dan gubernur Afrika Utara yang berpusat di Kairwan. Masing-masing mengaku bahwa merekalah yang paling berhak menguasai daerah Spanyol ini.

2. Periode Kedua (755-912 M) 

Pada periode ini. Spanyol berada di bawah pemerintahan seorang yang bergelar amir (panglima atau gubernur) tetapi tidak tunduk kepada pusat pemerintahan Islam, yang ketika itu dipegang oleh khalifah Abbasiyah di Baghdad. Amir pertama adalah Abdurrahman I yang memasuki Spanyol tahun 138 H/755 M dan diberi gelar Al-Dakhil (Yang Masuk ke Spanyol). Dia adalah keturunan Bani Umayyah yang berhasil lolos dari kejaran Bani Abbas ketika yang terakhir ini berhasil menaklukkan Bani Umayyah di Damaskus. Selanjutnya, ia berhasil mendirikan dinasti Bani Umayyah di Spanyol. Penguasa – penguasa Spanyol pada periode ini adalah Abd al-Rahman Al-Dakhil, Hisyam I, Hakam I, Abd Al-Rahman Al Ausath, Muhammad ibn Abd Al-Rahman, Munzir ibn Muhammad, dan Abdululloh ibn Muhammad.
Pada periode ini, umat Islam Spanyol mulai memperoleh kemajuankemajuan, baik dalam bidang politik maupun dalam bidang peradaban. Abdurrahman al-Dakhil mendirikan masjid Cordova dan sekolah-sekolah di kotakota besar Spanyol. Hisyam I dikenal berjasa dalam menegakkan hukum Islam, dan Hakam I dikenal sebagai pembaharu dalam bidang kemiliteran. Dialah yang memprakarsai tentara bayaran di Spanyol. Sedangkan Abdurrahman al-Ausath dikenal sebagai penguasa yang cinta ilmu. Pemikiran filsafat juga mulai masuk pada periode ini, terutama di zaman Abdurrahman al-Aushath. Ia mengundang para ahli dari dunia Islam lainnya untuk datang ke Spanyol sehingga kegiatan ilmu pengetahuan di Spanyol mulai semarak.

3. Periode Ketiga (912-1013 M) 

Periode ini berlangsung mulai dari pemerintahan Abdurrahman III yang bergelar An-Nasir sampai munculnya "raja- raja kelompok" yang dikenal dengan sebutan Muluk al-Thawaij. Pada periode ini Spanyol diperintah oleh penguasa dengan gelar khalifah, penggunaan gelar khalifah tersebut bermula dari berita yang sampai kepada Abdurrahman III, bahwa Al-Muktadir, Khalifah daulat Bani Abbas di Baghdad meninggal dunia dibunuh oleh pengawalnya sendiri. Menurut penilaiannya, keadaan ini menunjukkan bahwa suasana pemerintahan Abbasiyah sedang berada dalam kemelut. Ia berpendapat bahwa saat ini merupakan saat yang paling tepat untuk memakai gelar khalifah yang telah hilang dari kekuasaan Bani Umayyah selama 150 tahun lebih. Karena itulah, gelar ini dipakai mulai tahun 929 M. Khalifah-khalifah besar yang memerintah pada periode ini ada tiga orang, yaitu Abdurrahman al-Nashir (912-961 M), Hakam II (961-976 M), dan Hisyam II (976-1009 M).
Pada periode ini umat Islam Spanyol mencapai puncak kemajuan dan kejayaan menyaingi kejayaan daulat Abbasiyah di Baghdad. Abdurrahman alNashir mendirikan universitas Cordova. Perpustakaannya memiliki koleksi ratusan ribu buku. Hakam II juga seorang kolektor buku dan pendiri perpustakaan. Pada masa ini, masyarakat dapat menikmati kesejahteraan dan kemakmuran. Pembangunan kota berlangsung cepat.
Awal dari kehancuran khilafah Bani Umayyah di Spanyol adalah ketika Hisyam naik tahta dalam usia sebelas tahun. Oleh karena itu kekuasaan aktual berada di tangan para pejabat. Pada tahun 981 M, Khalifah menunjuk Ibn Abi Amir sebagai pemegang kekuasaan secara mutlak. Dia seorang yang ambisius yang berhasil menancapkan kekuasaannya dan melebarkan wilayah kekuasaan Islam dengan menyingkirkan rekan-rekan dan saingan-saingannya. Atas keberhasilan-keberhasilannya, ia mendapat gelar al-Manshur Billah. Ia wafat pada tahun 1002 M dan digantikan oleh anaknya al-Muzaffar yang masih dapat mempertahankan keunggulan kerajaan. Akan tetapi, setelah wafat pada tahun 1008 M, ia digantikan oleh adiknya yang tidak memiliki kualitas bagi jabatan itu. Dalam beberapa tahun saja, negara yang tadinya makmur dilanda kekacauan dan akhirnya kehancuran total. Pada tahun 1009 M khalifah mengundurkan diri. Beberapa orang yang dicoba untuk menduduki jabatan itu tidak ada yang sanggup memperbaiki keadaan. Akhirnya pada tahun 1013 M, Dewan Menteri yang memerintah Cordova menghapuskan jabatan khalifah. Ketika itu, Spanyol sudah terpecah dalam banyak sekali negara kecil yang berpusat di kota-kota tertentu.

4. Periode Keempat (1013-1086 M) 

Pada periode ini, Spanyol terpecah menjadi lebih dari tiga puluh negara kecil di bawah pemerintahan raja-raja golongan atau Al-Mulukuth Thawaif, yang berpusat di suatu kota seperti Seville, Cordova, Toledo, dan sebagainya. Yang terbesar diantaranya adalah Abbadiyah di Seville. Pada periode ini umat Islam Spanyol kembali memasuki masa pertikaian intern. Ironisnya, kalau terjadi perang saudara, ada diantara pihak-pihak yang bertikai itu yang meminta bantuan kepada raja-raja Kristen. Melihat kelemahan dan kekacauan yang menimpa keadaan politik Islam itu, untuk pertama kalinya orang-orang Kristen pada periode ini mulai mengambil inisiatif penyerangan. Meskipun kehidupan politik tidak stabil, namun kehidupan intelektual terus berkembang pada periode ini. Istana-istana mendorong para sarjana dan sastrawan untuk mendapatkan perlindungan dari satu istana ke istana lain.

5. Periode Kelima (1086-1248 M) 

Pada periode ini Spanyol Islam meskipun masih terpecah dalam beberapa negara, tetapi terdapat satu kekuatan yang dominan, yaitu kekuasaan daulah Murabithun (860-1143 M) dan daulah Muwahhidun (1146-1235 M). Dinasti Murabithun pada mulanya adalah sebuah gerakan politik yang didirikan oleh Yusuf ibn Tasyfin di Afrika Utara. Pada tahun 1062 M ia berhasil mendirikan sebuah kerajaan yang berpusat di Marakisy. Ia masuk ke Spanyol atas "undangan" penguasa-penguasa Islam di sana yang tengah memikul beban berat perjuangan mempertahankan negeri-negerinya dari serangan-serangan orang-orang Kristen. Ia dan tentaranya memasuki Spanyol pada tahun 1086 M dan berhasil mengalahkan pasukan Castilia. Karena perpecahan di kalangan raja-raja muslim, Yusuf melangkah lebih jauh untuk menguasai Spanyol dan ia berhasil untuk itu. Akan tetapi, penguasapenguasa sesudah ibn Tasyfin adalah raja-raja yang lemah. Pada tahun 1143 M, kekuasaan dinasti ini berakhir, baik di Afrika Utara maupun di Spanyol dan digantikan oleh daulah Muwahhidun. Pada masa daulah Murabithun, Saragossa jatuh ke tangan Kristen, tepatnya tahun 1118 M. Di Spanyol sendiri, sepeninggal dinasti ini, pada mulanya muncul kembali dinasti-dinasti kecil, tapi hanya berlangsung tiga tahun. Pada tahun 1146 M penguasa dinasti Muwahhidun yang berpusat di Afrika Utara merebut daerah ini. Muwahhidun didirikan oleh Muhammad ibn Tumart (w. 1128).
Dinasti ini datang ke Spanyol di bawah pimpinan Abdul Mun'im. Antara tahun 1114 dan 1154 M, kota-kota muslim penting, Cordova, Almeria, dan Granada, jatuh ke bawah kekuasaannya. Untuk jangka beberapa dekade, daulah ini mengalami banyak kemajuan. Kekuatan-kekuatan Kristen dapat dipukul mundur. Akan tetapi tidak lama setelah itu, Muwahhidun mengalami keambrukan. Pada tahun 1212 M, tentara Kristen memperoleh kemenangan besar di Las Navas de Tolesa. Kekalahan-kekalahan yang dialami Muwahhidun menyebabkan penguasanya memilih untuk meninggalkan Spanyol dan kembali ke Afrika Utara tahun 1235 M. Keadaan Spanyol kembali runyam, berada di bawah penguasa-penguasa kecil. Dalam kondisi demikian, umat Islam tidak mampu bertahan dari serangan-serangan Kristen yang semakin besar. Tahun 1238 M Cordova jatuh ke tangan penguasa Kristen dan Seville jatuh tahun 1248 M. Seluruh Spanyol kecuali Granada lepas dari kekuatan Islam.

6. Periode Keenam (1248-1492 M) 

Pada periode ini, Islam hanya berkuasa di daerah Granada, di bawah dinasti Bani Ahmar (1232-1492). Peradaban kembali mengalami kemajuan seperti di zaman Abdurrahman an-Nashir. Akan tetapi, secara politik, dinasti ini hanya berkuasa di wilayah yang kecil. Kekuasaan Islam yang merupakan pertahanan terakhir di Spanyol ini berakhir karena perselisihan orang-orang istana dalam memperebutkan kekuasaan. Abu Abdullah Muhammad merasa tidak senang kepada ayahnya karena menunjuk anaknya yang lain sebagai penggantinya menjadi raja. Dia memberontak dan berusaha merampas kekuasaan. Dalam pemberontakan itu, ayahnya terbunuh dan digantikan oleh Muhammad ibn Sa'ad. Abu Abdullah kemudian meminta bantuan kepada Ferdinand dan Isabella untuk menjatuhkannya. Dua penguasa Kristen ini dapat mengalahkan penguasa yang sah dan Abu Abdullah naik tahta. Tentu saja, Ferdinand dan Isabella yang mempersatukan dua kerajaan besar Kristen melalui perkawinan itu tidak cukup merasa puas. Keduanya ingin merebut kekuasaan terakhir umat Islam di Spanyol. Abu Abdullah tidak kuasa menahan serangan-serangan orang Kristen tersebut dan pada akhirnya mengaku kalah. Ia menyerahkan kekuasaan kepada Ferdinand dan Isabella, kemudian hijrah ke Afrika Utara. Dengan demikian berakhirlah kekuasaan Islam di Spanyol tahun 1492 M. Umat Islam setelah itu dihadapkan kepada dua pilihan, masuk Kristen atau pergi meninggal Spanyol. Pada tahun 1609 M, boleh dikatakan tidak ada lagi umat Islam di daerah ini.

D. Kemajuan Peradaban Islam di Eropa

1. Kemajuan Intelektual

Spanyol adalah negara yang subur. Kesuburan itu mendatangkan penghasilan ekonomi yang tinggi dan pada gilirannya banyak menghasilkan pemikir.Masyarakat Spanyol Islam merupakan masyarakat majemuk yang terdiri dari komunitas – komunitas Arab (Utara dan Selatan), al-muwalladun (orang – orang Spanyol yang masuk Islam), Barbar (umat islam yang berasal dari Afrika Utara), al-Shaqalibah ( penduduk daerah antara Konstatinopel dan Bulgaria yang menjadi tawanan Jerman dan di jual kepada menguasa Islam untuk di jadikan tentara bayaran), Yahudi, Kristen Muzareb yang berbudaya Arab, dan kristen yang masih menentang kehadiran islam. Semua komunitas itu, kecuali yang terakhir, memberikan saham intelektual terhadap terbentuknya lingkungan budaya andalus yang melahirkan kebangkitan ilmiah, sastra, dan pembangunan fisik di Spanyol.

2. Kemegahan Pembangunan Fisik

Aspek – aspek pembangunan fisik yang mendapat perhatian umat islam sangat banyak. Dalam perdagangan, jalan- jalan dan pasar – pasar di bangun. Begitu juga bidang pertanian. Sisteim irigasi baru di perkenalkan kepada masyarakat Spanyol yang tidak mengenal sebelumnya. Orang – orang Arab memperkenalkan pengaturan hidrolit unuk tujuan irigasi. Di samping itu, orang- orang islam juga memperkenalkan pertanian seperti penanaman padi, perkebunan dan taman- taman. Selain pertanian dan perdagangan Industri juga merupakan tulang punggung ekononomi islam di Spanyol. Di antaranya adalah tekstil, kayu, kulit dan logam. Pembangunan fisik yang paling menonjol adalah pembangunan gedung – gedung, seperti pembangunan kota, istana, masjid, pemukiman, dan taman- taman. Di antara pembangunan yang megah adalah masjid Cordova, kota Al-Zahra, Istanaa ja’fariyah di Saragosa, tembok Toledo, Istana Al-Makmun, masjid Seville, dan istana Al-Hamra di Granada.

E. Sebab-sebab Kehancuran Islam di Eropa

Setelah berkuasa kurang lebih delapan abad,kekuasan Islam di Spanyol mulai melemah. Dinasti Bani Ahmar yang menjadi penguasa Islam terakhir yang menguasai Granada tidak mampu mempertahankan diri dari serangan bangsa asing serta tidak mampu membangun persatuan dan kesatuan  dikalangan Islam. Akhirnya pada tanggal 2 Rabiul Awal 897 H/ 2 Januari 1492 M Abu Abdullah Muhammad, raja dari kerajaan Bani Ahmar yang terakhir, menyerahkan kunci gapura kota Granada kepada Raja Ferdinand. Ini adalah masa terakhir kekuasan Islam Berjaya di Spanyol.  Setelah penyerahan tersebut sampai sekarang, kekuasaan Islam belum bangkit di Spanyol.
Sebenarnya masalah-masalah kekuasaan Islam di Spanyol yang menyebabkan kejatuhannya.
Berikut penyebab kehancuran Islam di Eropa:

1.    Konflik penguasa Islam dengan penguasa Kristen

Masyarakat Spanyol yang sebelumnya terpecah dalam suku dan kelompok sedikit demi sedikit bersatu untuk menghancurkan Islam. Beberapa kekuasaan Spanyol Kristen mulai bergabung dan menjadikan Islam sebagai musuh bersama. Ketika pemerintahan Islam di Spanyol melemah maka kaum Kristen melakukan penyerangan sehingga kekuasaan Islam disana hancur.

2.      Tidak adanya ideologi pemersatu

Setelah Islam menguasai Spanyol, kekuasaan masih dipegang oleh Muslim pendatang, baik berbangsa Arab atau Afrika, hal ini berbeda dengan apa yang dilakukan oleh Bani Umayyah di Damaskus. Di Spanyol orang-orang Arab tidak pernah menerima orang pribumi dan ini menyebabkan terkelompoknya masyarakat antara pendatang dan pribumi, pendatang sebagai penguasa dan pribumi sebagai orang yang dikuasai. Ketika mereka memiliki kekuasaan pada kelompok masyarakat, mereka pun melakukan pemberontakan kepada pemerintah. Hal ini menunjukkan tidak adanya ideology yang dapat memberikan persatuan.

3.      Kesulitan ekonomi

Pada pertengahan kedua periode Islam di Spanyol para penguasa memfokuskan pembangunan kota dan mengembangkan ilmu pengetahuan, sehingga menyebabkan mereka lalai membangun perekonomian. Akibatnya timbul kesulitan ekonomi yang amat memberatkan dan mempengaruhi kondisi politik dan militer.

4.      Tidak jelasnya sistem peralihan kekuasaan

Sistem pemerintahan yang absolute dan bergantung sepenuhnya pada raja menyebabkan tidak adanya kesepakatan bersama tentang sistem pergantian kekuasaan. Hal ini menyebabkan perebutan kekuasaan diantara ahli waris setelah seorang raja meninggal. Dalam beberapa kasus, perebutan kekuasaan ini melibatkan kekuatan asing yang selama ini adalah musuh, sehingga kekuasaan Islam dapat diperalat oleh orang asing.

5.      Lokasi yang terisolir dan terpencil

Secara geografis, Spanyol Islam terpencil dari dunia Islam yang lain, yang selalu berjuang sendirian tanpa mendapat bantuan kecuali dari Afrika Utara. Sehingga menyebabkan tidak ada kekuatan alternatif yang mampu membendung kebangkitan Kristen dan kekuatan asing yang ingin menggulingkan kekuasaan Islam di Spanyol.

F. Nasib Muslim Masa Kini di Eropa

Saat ini di Rusia tercatat sebanyak 16 juta Muslim. Itu merupakan data terbesar di Eropa. Islam menunjukkan kemajuan dan peningkatan di beberapa negara lainnya seperti Jerman, Prancis, Inggris dan Italia. Tercatat sebanyak 4,5 juta jiwa memeluk agama Islam di Jerman, 3,5 juta jiwa di Prancis dan dua juta di Inggris. Sementara Italia memiliki 1,3 juta jiwa pemeluk agama Islam.
Namun data tersebut diprediksi akan meningkat sepanjang tahun. Hal itu disinyalir karena meningkatnya perhatian masyarakat dunia, khususnya di Eropa dan Amerika tentang agama Islam. Selama ini Islam dipandang sebagai ajaran keras yang berbau terorisme dan kekejian, apalagi semenjak peristiwa pengeboman gedung WTC di Amerika. Amerika menuduh teroris Islam sebagai pelakunya. Dunia terkejut, apa betul Islam demikian buruk, mengajarkan umatnya melakukan tindakan teroris yang brutal. Masyarakat Amerika dan Eropa  heran apa betul Islam demikian brutal? Mereka ingin tahu, mereka mulai memburu Al-Qur’an dan buku-buku tentang Islam. Alih-alih membenci Islam, sebaliknya setelah mempelajari Al-Qur’an dan Islam mereka justru menemukan ajaran kedamaian. Mereka menemukan kesejukan dalam Islam dan al-Qur’an. Akibatnya banyak masyarakat Amerika yang tertarik untuk masuk Islam. Seiringan dengan munculnya pandangan negatif tentang Islam, muncul pula ketertarikan untuk mempelajari agama Islam. Para orang Eropa ini pun akhirnya tertarik dan mempelajarinya, mendalaminya dan mendapatkan rahmat dan hidayah, terbukti banyak yang menjadi mualaf.
Keberadaan Muslim masa kini di langit Eropa telah hidup berdampingan dengan agama-agama lain. Mereka saling menghormati satu sama lain atas dasar ideology mereka yaitu demokrasi. Tak ada kecaman atau pun kucilan yang perlu dikhawatirkan lagi.
Adapun perkembangan kaum muslim masa kini sebagai berikut;

1.      Bidang politik

a.       Dunia islam masa kini sangat memprihatinkan, karena dunia islam pada masa kini masih dalam kuasa pemerintahan penguasa non- Arab.
b.      Sebagian wilayah islam terancam invasi pasukan Salib Eropa.
c.       Kondisi kehidupan kaum muslimin yang memprihatinkan.

2.      Bidang Sosial

a.       Adanya pergolakan kalangan elite dan kekacauan di wilayah-wilayah islam.
b.      Kekeringan, kelaparan, inflasi, kelangkaan bahan pangan.
c.       Tingginya tindak kriminalitas.

3.      Bidang Intelektual

a.       Kaum muslimin lebih senang bertaklid, sehingga jumlah karya ilmiyah semakin sedikit dan pemikirannya bertambah sempit.
b. Para Ulama’ lebih senang membuat kompilasi atau ulasan singkat dalam disiplin ilmu tanpa dibarengi pemikiran baru yang orisinil, dan diwarnai dengan kelangkaan inovasi dan kreativitas.
c. Para ulama’ masa kini terkungkung paradigma taklid dan stagnasi pemikiran sehingga ijtihad mereka terbatas pada pemikiran ulama’ terdahulu tanpa disertai pemikiran baru.

BAB III
PENUTUP

A. Simpulan

1. Kedatangan orang-orang Islam datang ke Eropa setelah usainya perang dunia kedua. Akibat usainya perang, Eropa perlu membangun kembali pabrik – pabrik yang telah hancur dan menata kehidupan ekonomi lainnyakemajuan dalam bidang ilmu dan teknologi itulah yang mendukung keberhasilan politiknya. Kemajuan – kemajuan Eropa ini tidak bisa di pisahkan dari pemerintahan Islam di Spanyol

2. Spanyol diduduki umat islam pada zaman Khalifah Al-Walid (705-715), salah seorang khalifah dari Bani Umayah yang berpusat di Damaskus. Pada proses penaklukan Spanyol terdapat tiga pahlawan Islam yang dikatakan paling berjasa memimpin satuan pasukan. Mereka adalah Tharif ibn Malik, Thariq ibn Ziyad, dan Musa ibn Nushair.

3. Sejarah perkembangan umat Islam di spanyol itu dapat di bagi menjadi enam periode, yaitu :
a. Periode Pertama (711-755 M)
b. Periode Kedua (755-912 M)
c. Periode Ketiga (912-1013 M)
d. Periode Keempat (1013-1086 M)
e. Periode Kelima (1086-1248 M)
f. Periode Keenam (1248-1492 M)

4. Kemajuan Peradaban Islam di Eropa, di antaranya adalah
a. Kemajuan Intelektual
b. Kemegahan Pembangunan Fisik

5. Sebab-sebab Kehancuran Islam di Eropa
a. Konflik penguasa Islam dengan penguasa Kristen
b. Tidak adanya ideology pemersatu
c. Kesulitan ekonomi
d. Tidak jelasnya sistem peralihan kekuasaan
e. Lokasi yang terisolir dan terpencil

6. Nasib Muslim Masa Kini di Eropa
Keberadaan Muslim masa kini di langit Eropa telah hidup berdampingan dengan agama-agama lain. Mereka saling menghormati satu sama lain atas dasar ideology mereka yaitu demokrasi. Tak ada kecaman atau pun kucilan yang perlu dikhawatirkan lagi.
Adapun keadaan kaum muslim masa kini sebagai berikut;
1. Bidang politik
2. Bidang sosial
3. Bidang intelektual

DAFTAR PUSTAKA

Ajid Thohir, Perkembangan peradapan di Kawasan Dunia Islam (Melacak akar – akar Sejarah, Politik, dan Budaya Umat Islam), Jakarta. Raja Grafindo Persada, 2004
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta. Raja Grafindo Persada, 2004
W. Montgomery Watt, Kejayaan Islam, Yogyakarta, Tiara Wacana, 1990
Musyrifah Sunanto, Sejarah Islam Klasik, Yogyakarta, Jendela: 2001
Karen Armstrong, Islam Sejarah Singkat, Jendela, Yogyakarta, 2002

No comments:

Post a Comment