BAB IPENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Manusia hidup perlu untuk mencukupi kebutuhannya yang mana digunakan untuk bertahan hidup. Dalam mendapatkan kebutuhan yang mereka inginkan, mereka harus terlibat dalam sebuah transaksi. Transaksi ini selalu terjadi setiap hari sejak zaman dahulu, yang dulunya menggunakan sistem barter (tukar menukar barang) sampai pada saat ini yang berkembang dengan menggunakan uang sebagai alat tukar yang lebih efisien.
Penggunaan
uang semakin terasa manfaatnya, dan berperan penting dalam perekonomian manusia. Namun seiring berjalannya waktu peredaran uang yang kadang berbanding terbalik dengan daya konsumsi dan ketersediaan barang menimbulkan permasalahan, salah satunya yaitu inflasi.
Inflasi ini selalu mewarnai dunia perekonomian, sehingga tidak mungkin melakukan kegiatan perekonomian yang bebas dari inflasi. Di dalam makalah ini akan dipaparkan pembahasan tentang uang dan inflasi sehingga kita dapat mengetahui bagaimana pengaruh keduanya dalam perekonomian saat ini dan di masa yang akan datang.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah dan peranan uang dalam perekonomian ?
2. Apa pengertian inflasi dan bagaimana implikasinya ?
3. Bagaimana cara mengatasi Inflasi?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui sejarah dan peranan uang dalam perekonomian.
2. Untuk mengetahui inflasi dan implikasinya.
3. Untuk mengetahui cara mengatasi Inflasi.
BAB II
PEMBAHASAN
1.Sejarah dan Definisi Uang
Sebelum munculnya uang, masyarakat sudah lebih dahulu mengenal sistem barter sebagai transaksi untuk mendapatkan barang yang diinginkan. Sistem barter adalah suatu sisterm pertukaran antara barang dengan barang atau barang dengan jasa atau sebaliknya. Sistem ini adalah sistem yang pertama kali didalam perdagangan dunia. Namun, seiring dengan perkembangan zaman sistem ini mulai ditinggalkan karena terdapat banyak kendala disetiap melakukan pertukaran dan mulai dikenalnya sarana pertukaran yang lebih efisien.
Kendala-kendala yang sering ditemui dalam sistem barter:
1. Sulit menemukan orang yang mau menukarkan barang yang diinginkan.
2. Sulit menentukan nilai barang yang ditukarkan terhadap barang yang diinginkan.
3. Sulit menemukan orang yang ingin menukarkan barangnya dengan jasa yang dimiliki atau sebaliknya.
4. Untuk memperoleh barang yang diinginkan memerlukan waktu yang relatif lama karena sulitnya menemukan kebutuhan yang mau ditukar dalam waktu yang singkat.
Untuk mengatasi kendala-kendala tersebut, para ahli menciptakan sesuatu alat tukar yang lebih efisien dan efektif. Maka diciptakanlah alat tukar yang sekarang dikenal dengan nama uang.
Uang adalah sesuatu yang diterima secara umum yang digunakan para pelaku ekonomi disuatu wilayah tertentu sebagai alat pembayaran dari transaksi ekonomi yang dilakukan yaitu berupa barang, jasa,serta, pembayaran utang.
Sebelum uang yang sering kita temui sekarang ini, ada beberapa jenis barang yang pernah dipakai sebagai uang, misalnya; kerang, emas, perak, gigi binatang, kulit, dan lain sebagainya.
2. Syarat Uang
Adapun syarat yang harus terpenuhi agar uang layak digunakan adalah sebagai berikut :
1. Uang harus dapat diterima secara umum.
2. Uang harus memiliki nilai yang stabil.
3. Jumlah yang beredar harus mencukupi kebutuhan.
4. Uang harus mudah dibawa, disimpan untuk urusan setiap hari dan justru tidak menjadi hambatan untuk melakukan transaksi.
5. Setiap uang yang diterbitkankan, dijamin oleh pemerintah dari suatu negara tertentu.
6. Uang hendaknya tidak mudah rusak dalam berbagai kondisi.
7. Uang mudah dipecah dalam satuan kecil. Oleh karena itu, uang harus dibuat dalam nominal yang beragam.
3.Jenis-jenis Uang
Adapun jenis-jenis uang yang dapat dilihat dari berbagai sisi adalah sebagai berikut :
1. Berdasarkan bahan.
Jika dilihat dari bahan untuk membuat uang maka jenis uang terdiri dari dua macam:
a. Uang logam, merupakan uang dalam bentuk koin yang terbuat dari logam, baik dari alumunium, kupronikel, bronze, emas, perak, atau perunggu dan bahan lainnya. Biasanya uang yang terbuat dari logam dengan nominalyang kecil.
b. Uang kertas, merupakan uang yang terbuat dari kertas atau bahan lainnya. Uang dari bahan kertas biasanya dalam nominal yang besar sehingga mudah dibawa untuk keperluan sehari-hari. Uang jenis ini terbuat dari kertas dengan kualitas tinggi, yaitu tahan terhadap air, tidak mudah luntur atau robek.
2. Berdasarkan nilai.
Jenis uang ini dilihat dari nilai yang terkandung pada uang tersebut, apakah nilai intrisiknya (bahan uang) atau nilai nominalnya (nilai yang tertera dalam uang). Uang jenis ini terbagi kedalam dua jenis:
a. Bernilai penuh (full bodied money), merupakan uang yang nilai intrinsiknya sama dengan nilai nominalnya. Contoh uang logam, dimana nilai bahan untuk membuat uang tersebut sama dengan nominal yang tertulis diuang.
b. Tidak bernilai penuh (representatif full bodied money), merupakan uang yang nilai intrinsiknya lebih kecil dari nilai nominalnya. Contoh; uang yang terbuat dari kertas, dimana nilai intrinsiknya jauh lebih rendah dari nilai nominal yang terkandung didalamnya.
3. Berdasarkan lembaga.
Maksudnya, bahan atau lembaga yang menerbitkan atau mengeluarkan uang. Jenis uang tersebut adalah :
a. Uang kartal, merupakan uang yang diterbitkan oleh Bank sentral baik uang logam ataupun kertas.
b. Uang giral, merupakan uang yang diterbitkan oleh bank umum. Contoh; cek, bilyrt giro, traveller cheque, dan credit card.
4. Berdasarkan kawasan.
Uang jenis ini dilihat dari daerah atau wilayah berlakunya suatu uang. Artinya, bisa saja suatu jenis mata uang hanya berlaku dalam suatu wilayah tertentu dan tidak berlaku didaerah lainnya. Jenis uang berdasarkan kawasan adalah;
a. Uang lokal, merupakan uang yang berlaku disuatu negara tertentu, seperti rupiah di indonesia, atau ringgit di malaysia.
b. Uang regional, merupakan uang yang berlaku dikawasan tertentu yang lebih luas dari uang lokal seperti untuk kawasan benua Eropa berlaku mata uang tunggal yaitu EURO.
c. Uang Internasional, merupakan uang yang berlaku antar negara seperti US Dollar dan menjadi standar pembayaran internasional.
4. Nilai Uang
Ada beberapa pengertian nilai uang, yaitu nilai nominal, nilai riil, nilai intrinsik, dan nilai eksternal.
a. Nilai nominal uang adalah nilai yang tertulis pada satuan mata uang. Misalnya, Rp 50.000, Rp 100.000, dan US$100.
b. Nilai riil uang adalah nilai uang yang ditunjukkan dengan kemampuan daya beli atau kemampuan untuk digunakan sebagai alat transaksi. Maksudnya adalah kemampuan daya beli dari uang berbeda disetiap daerah. Misalnya; uang senilai Rp 5.000 di Kudus, dapat digunakan untuk membeli nasi dan es teh, akan tetapi uang senilai Rp 5.000 di Batam hanya cukup untuk membeli es teh saja.
c. Nilai intrinsik uang adalah nilai bahan baku uang, yaitu nilai bahan baku yang digunakan untuk membuat satuan mata uang. Misalnya; Sebuah uang yang terbuat dari emas maka nilai intrinsiknya adalah sebesar kadar dan berat emas yang terkandung dalam mata uang tersebut. Begitu juga apabila uang terbuat dari kertas maka nilai intrinsiknya adalah senilai kertas itu. Seperti membuat uang kertas Rp 50.000 diperlukan kertas dan bahan lainnya seharga Rp 5.000 maka nilai intrinsik uang tersebut adalah Rp 5.000.
d. Nilai eksternal uang adalah nilai tukar antar mata uang atau kurs mata uang. Sebagai contoh; Nilai tukar mata uang Rupiah dengan US$ sebesar Rp 13.292 artinya, 1 US$ senilai dengan Rp 13.292. Nilai eksternal uang sangat dipengaruhi kondisi pasa mata uang asing (permintaan dan penawaran mata uang asing atau valuta asing) dan kondisi politik.
B.Peranan Uang dalam perekonomian
Uang memegang peranan penting dalam perekonomian, yaitu sebagai alat tukar yang digunakan untuk bertransaksi. Tanpa uang kegiatan transaksi jual beli barang dan jasa akan tersendat dan mengakibatkan roda perekonomian terganggu bahkan berhenti. Secara umum peranan uang adalah sebagai berikut:
1. Alat tukar menukar.
Dalam hal ini, uang digunakan sebagai alat untuk membeli atau menjual suatu barang atau jasa.
2. Alat atau satuan pengukur nilai.
Satuan pengukur nilai dalam hal ini adalah sebagai alat yang digunakan untuk membandingkan nilai antara suatu produk dengan produk yang lainnya. Misalnya, Harga sebuah mobil berbeda dengan harga sebuah motor.
3. Standart atau ukuran pembayaran masa depan dan pencicilan hutang.
Dengan adanya uangng, akan mempermudah menentukan standar pencililan, pembayaran hutang piutang secara tepat dan cepat. Baik secara tunai ataupun angsuran.
4. Alat penimbun kekayaan atau daya beli.
Menyimpan uang berarti menimbun kekayaan dalam bentuk uang tunai. Penyimpanan uang ini dimaksudkan untuk mempermudah pertukaran dimasa saat ini atau masa yang akan datang.
5. Sebagai suatu komoditi yang diperdagangkan.
Nilai tukar mata uang (kurs mata uang) selalu mengalami perubahan yang disebabkan oleh faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan atau penawaran mata uang di pasar mata uang (faluta asing) dan juga faktor lainnya seperti kondisi politik. Perubahan kurs mata uang ini mengakibatkan nilai tukar antar mata uang menjadi lebih tinggi atau lebih rendah sehingga, menarik pelaku ekonomi (pedagang mata uang) untuk memperoleh laba dari selisih harga jual dengan harga beli.
Ukuran dan Peredaran uang
Hal penting yang harus dipahami yaitu pengertian antara mata uang dalam peredaran dan uang beredar. Mata uang dalam peredaran adalah seluruh jumlah mata uang yang telah dikeluarkan dan diedarkan oleh Bank sentral, dalam hal ini yang dimaksud adalah uang kartal. Sedangkan uang beredar adalah jumlah dari mata uang dalam peredaran dengan uang giral dalam bank-bank umum, yang lazimnya disebut dengan money supply.
Money supply mempunyai dua pengertian, yaitu pengertian dalam arti sempit dan dalam arti luas.
a. Pengertian dalam arti sempit (narrow money)
Jumlah uang beredar yang terdiri atas uang kartal dan giral saja. Uang beredar dalam arti sempit sering disebut M1. M1 merupakan uang yang sangat likuid (biaya menggunakannya sangat rendah). Yang termasuk dalam golongan ini adalah uang kartal (yang dicetak pemerintah) serta tabungan yang dapat diambil setiap saat.
b. Pengertian dalam arti luas
Uang beredar terdiri atas mata uang dalam peredaran, uang giral dan uang kuasi. Uang kuasi adalah suatu bentuk aset yg fungsi dan cirinya “mendekati” fugsi uang tunai. Disebut mendekati karena uang kuasi dapat digunakan untuk melakukan transaksi dalam kegiatan ekonomi, tapi bentuk aset ini tidak mempunyai tingkat likuiditas seperti uang tunai. Uang kuasi terdiri dari deposito berjangka, tabungan, dan rekening (tabungan) valuta asing milik swasta domestic. Uang beredar dalam arti luas dinamakan sebagai likuiditas perekonomian atau M2. M2 meliputi M1 ditambah derivatif yg kurag likuid dibandingkn dengan M1, seperti deposito jangka pendek dan sebagainya (quasi money). Ada yang kurang likuid daripada M2, yaitu biasa disebut dengan M3. M3 meliputi M2 ditambah dengan derivatif yang kurang likuid daripada M2. M1, M2, M3 menunjukkan tingkat likuiditas dari uang dan derivatifnya. Namun yang sering dipakai adalah M1, dan M2.
C. INFLASI
1.Pengertian Inflasi
Inflasi adalah kecenderungan dari harga-harga untuk menaik secara umum dan terus menerus. Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak disebut inflasi, kecuali bila kenaikan tersebut meluas kepada (atau mengakibatkan kenaikan) sebagian besar dari harga barang-barang lain. Kenaikan harga-harga karena, misalnya, musiman, menjelang hari-hari besar, atau yang terjadi sekali saja(dan tidak mempunyai pengaruh lanjutan) tidak disebut sebagai inflasi. Kenaikan harga semacam ini tidak dianggap sebagai masalah atau “penyakit” ekonomi dan tidak memerlukan kebijaksanaan khusus untuk menanggulanginya.
2.Macam Inflasi
a.
Berdasarkan parah tidaknya inflasi
i.
Inflasi ringan (di bawah 10% setahun)
ii.
Inflasi sedang (antara 10-30% setahun)
iii.
Inflasi berat (antara 30-100% setahun)
iv.
Hiperinflasi (diatas 100% setahun)
b.
Berdasarkan asal dari inflasi
i.
Inflasi yang berasal dari dalam negeri (domestic inflation)
Inflasi yang berasal dari dalamn negeri timbul karena misalnya defisit anggaran belanja yang dibiayai dengan pencetakan uang baru, panenan yang gagal, dan sebagainya
ii.
Inflasi yang berasal dari luar negeri (imported inflation)
Inflasi yang timbul karena kenaikan harga-harga di luar negeri atau di negara-negara langganan berdagang negara kita.
3. Faktor-Faktor Timbulnya Inflasi
Faktor-faktor yang menimbulkan inflasi dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu : inflasi tarikan permintaan dan inflasi desakan biaya.
a. Inflasi tarikan permintaaan
Inflasi tarikan permintaan terjadi apabila vector perusahaan tidak mampu dengan tepat melayani permintaan masyarakat yang wujud dalam pasaran. Masalah kekurangan barang akan berlaku dan mengakibatkan kepada kenaikan harga-harga. Inflasi tarikan permintaan biasanya berlaku ketika perekonomian mencapai tingkat penggunaan tenaga kerja enuh dan pertumbuhan ekonomi berjalan dengan pesat. Dalam periode seperti ini, permintaan masyarakat bertambah dengan pesat. Dan perusahaan-perusahaan akan beroperasi ecara maksimal. Kelebihan-kelebihan permintaan yang masih wujud akan menimbulkan kenaikan harga-harga.
b. Inflasi desakan biaya
Inflasi desakan biaya adalah masalah kenaikan harga-harga dalam perekonomian yang diakibatkan oleh kenaikan biaya produksi. Pertambahan biaya produksi akan mendorong perusahaan-perusahaan untuk menaikkan harga, walaupun mereka harus mengambil resiko mengalami penurunan dalam permintaan barang-barang yang diproduksinya.
Secara garis besar ada 3 kelompok teori mengenai proses dari inflasi yaitu teori kuantitas, teori Keynes, dan teori strukturalis. Teori kuantitas merupakan teori yang paling tua. Teori ini menyoroti peranan dalam proses inflasi dari jumlah uang yang beredar dan sikologi (harapan) masyarakat mengenai kenaikan harga-harga dimasa mendatang.
Teori Keynes mengatakan bahwa inflasi terjadi karena masyarakat hidup diluar batas kemampuan ekonomisnya. Teori ini menyoroti bagaimana perebutan rezeki antara golongan-golongan masyarakat bisa menimbulkan permintaan agregat yang lebih besar dari pada jumlah barang yang tersedia (yaitu, apabila timbul “inflationary gap”). Yang dimaksud inflationary gap adalah keadaan dimana permintaan masyarakat akan barang-barang selalu melebihi jumlah barang-barang yang tersedia. selama inflationary gap tetap ada maka selama itu pula proses inflasi berkelanjutan.
Teori strukturalis adalah teori inflasi jangka panjang karena menyoroti sebab-sebab inflasi yang berasal dari kekakuan struktur ekonomi, khususnya ketegaran suplay bahan makanan dan barang-barang ekspor. Karena sebab-sebab “struktural” pertambahan produksi baranng-barang ini terlalu lambat dibanding dengan pertumbuhan kebutuhannya, sehingga menaikkan harga bahan makanan dan kelangkaan devisa. Akibat selanjutnya adalah kenaikan harga-harga lain, sehingga terjadi inflasi. Inflsi semacam ini tidak bisaa diatasi dengan mengurangi jumlh uang beredar tetapi harus diatasi dengan pembangunan sektor bahan makanan dan eksport.
4. Akibat-akibat Buruk Inflasi
Akibat buruk inflasi dapat dibedakan menjadi dua aspek, yaitu :
a. Akibat buruknya kepada perekonomian
Kenaikan harga tidak secepatnya diikuti oleh kenaikan upah pekerja, maka keuntungan akan bertambahpertambahan keuntungan akan menggalakkan investasi di masa datang dan ini akan mewujudkan percepatan dalam pertumbuhan ekonomi. Tetapi, apabila inflasi menjadi lebih serius keadaannya, perekonomian tidak akan berkembang seperti yang diinginkan. Pengalaman beberapa negara yang telah pernah mengalami inflasi hiber menunjukkan bahwa inflasi yang buruk akan menimbulkan ketidakstabilan sosial dan politik, dan tidak mewujudkan pertumbuhan ekonomi. Terlebih dahulu ekonomi harus di stabilkan, dan ini termasuk usaha menstbilkan harga-harga, sebelum pertumbuhan ekonomi yng teguh dapat diwujudkan.
Ketiadaan pertumbuhan ekonomi sebagai akibat dari inflasi yang serius disebabkan oleh beberapa faktor penting di bawah ini :
i.
Inflasi menggalakkan penanaman modal spekulatif
ii.
Tingkat bunga meningkat dan akan mengurangi investasi
iii.
Inflasi menimbulkan ketidakpastian mengenai keadaan ekonomi di masa depan
iv.
Menimbulkan masalah neraca pembayaran
b. Akibatnya kepada individu-individu masyarakat
Akibat buruk keatas individu dan masyarakat dapat di bedakan menjadi tiga aspek di bawah ini :
i. Memperburuk distribusi pendapatan
Dalam masa inflasi nilai harta-harta tetap seperti tanah, rumah, bangunan pabrik dan pertokoan akan mengalami kenaikan harga yang adakalanya lebih cepat dari kenaikan inflasi itu sendiri. Sebaliknya, penduduk yang tidak mempunyi harta yang meliputi sebagian besar dari golongan masyarakat yang berpendapatan rendah pendapatan riilnya merosot sebagai akibat anflasi. Dengan demikian inflasi melebarkan ketidaksamaan distribusi pendapatan.
ii. Pendapatan riil merosot
Sebagian tenaga kerja di setiap negara terdiri dari pekerja-pekerja bergaji tetap. Dalam masa inflasi biasanya kenaikan harga-harga selalu mendahului kenaikan pendapatan. Dengan demikian inflasi cenderung menimbulkan kemerosotan pendapatan riil sebagian besar tenaga kerja. Ini berarti kemakmuran masyarakat merosot.
iii. Nilai riil tabungan merosot
Dalam perekonomian biasanya masyarakat menyimpan sebagian kekayaannya dalam bentuk deposito dan tabunga di institusi keuangan. Nilai riil tabungan tersebut akan merosost sebagai akibat inflasi. Juga pemegang-pemegang ung tunai akan dirugikan karena kemerosotan nilai riilnya.
D.CARA MENGATASI INFLASI
Inflasi dapat mengganggu laju perekonomian, sehingga diperlukan langkah-langkah untuk mengatasinya. Inflasi dapat ditanggulangi dengan dua cara yaitu menggunakan Kebijakan Moneter dan Kebijakan Fiskal.
1.Kebijakan Moneter
Kebijakan ini adalah kebijakan yang berasal dari bank sentral dalam mengatur jumlah uang yang beredar melalui instrument-instrumen moneter yang dimiliki oleh bank sentral. Melalui instrument ini diharapkan peredaran uang dapat diatur dan inflasi dapat di kendalikan sesuai dengan yang telah ditargetkan sebelumnya. Kebijakan Moneter dapat dilakukan melalui instrument berikut ini
a. Politik Diskonto (discount policy) adalah politik bank sentral untuk memengaruh peredaran uang dengan jalan menaikkan dan menurunkan tingkat bunga. Dengan menaikkan tingkat bunga diharapkan jumlah uang yang beredar di masyarakat akan berkurang karena orang akan lebih banyak menyimpan uangnya di bank daripada menjalankan investasi.
b. Politik Pasar Terbuka (open market policy) dijalankan dengan membeli dan menjual surat-surat berharga. Dengan menjual surat-surat berharga diharapkan uang akan tersedot dari masyarakat.
c. Politik Persediaan Kas (cash ratio policy) adalah politik Bank Sentral untuk memengaruhi peredaran uang dengan jalan menaikkan dan menurunkan persentase persediaan kas dari bank. Dengan dinaikkannya persentase persediaan kas, diharapkan jumlah kredit akan berkurang.
d. Pengawasan kredit secara selektif adalah kebijakan Bank sentral untuk memberikan kredit secara selektif untuk membatasi uang yang beredar dimasyarakat.
2. Kebijakan Fiskal
Kebijakan Fiskal adalah kebijakan yang berhubungan dengan financial pemerintah. Kebijakan fiskal dapat dilakukan melalui instrument berikut ini:
a. Pengaturan Pengeluaran Pemerintah (APBN), sehingga pengeluaran keseluruhan dalam perekonomian bisa dikendalikan. Pemerintah tidak akan menambah pengeluarannya agar anggaran tidak defisit.
b. Menaikkan Pajak. Dengan menaikkan pajak, konsumen akan mengurangi jumlah konsumsinya karena sebagian pendapatannya untuk membayar pajak, dan juga akan mengakibatkan penerimaan uang masyarakat berkurang dan ini berpengaruh pada daya beli masyarakat yang menurun, dan tentunya permintaan akan barang dan jasa yang bersifat konsumtif tentunya berkurang.
BAB III
PENUTUP
SIMPULAN
1.
Sebelum munculnya uang, masyarakat sudah lebih dahulu mengenal sistem barter sebagai transaksi untuk mendapatkan barang yang diinginkan. Namun, seiring dengan perkembangan zaman sistem ini mulai ditinggalkan karena terdapat banyak kendala disetiap melakukan pertukaran dan mulai dikenalnya sarana pertukaran yang lebih efisien. Uang memegang peranan penting dalam perekonomian, yaitu :
a.
Alat tukar menukar
b.
Alat atau satuan pengukur nilai
c.
Standart atau ukuran pembayaran masa depan dan pencicilan hutang
d.
Alat penimbun kekayaan atau daya beli
e.
Sebagai suatu komoditi yang diperdagangkan.
2.
Inflasi adalah kecenderungan dari harga-harga untuk menaik secara umum dan terus menerus. Macam-macam inflasi dibedakan menjadi :
a.
Berdasarkan parah tidaknya inflasi
i.
Inflasi ringan (di bawah 10% setahun)
ii.
Inflasi sedang (antara 10-30% setahun)
iii.
Inflasi berat (antara 30-100% setahun)
iv.
Hiperinflasi (diatas 100% setahun)
b.
Berdasarkan asal dari inflasi
i.
Inflasi yang berasal dari dalam negeri (domestic inflation)
ii.
Inflasi yang berasal dari luar negeri (imported inflation)
Faktor-faktor yang menimbulkan inflasi dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu : inflasi tarikan permintaan dan inflasi desakan biaya.
3.
Inflasi dapat diatasi dengan Kebijakan Moneter dan Kebijakan Fiskal
DAFTAR PUSTAKA
Ali Ibrahim Hasyim, Ekonomi Makro,Prenadamedia group, Jakarta, 2016.
Boediono, Sinopsis Pengantar Ilmu Ekonomi No. 2 Ekonomi Makro, Yogyakarta, BPFE-YOGYAKARTA, 1982
Kasmir, Bank dan Keuangan Lainnya, PT.RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2002.
Nopirin, Ekonomi Moneter Buku 2, Yogyakarta : BPFE Yogyakarta, 1987.
Nopirin, Pengantar Ilmu Ekonomi Makro dan Mikro, BPFE-Yogyakarta, Yogyakarta, 2000.
Sadono Sukirno, Pengantar Teori Makro Ekonomi, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2002.
Subagyo dkk, Bank danLembaga Keuangan Lainnya Edisi ke-2, Bagian Penerbitan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN Yogyakarta, 2002.
Totok Budi Santoso dan Sigit Triandaru, Bank dan Lembaga Keuangan Lain, Salemba Empat, Jakarta, 2006.