
Dinasti
Umayyah II didirikan oleh Abdurrahman Ibn Marwan. Sebelumnya, Spanyol sudah
ditaklukkan oleh tiga pahlawan Islam yaitu Tharif bin Malik, Tharig bin Ziyad,
dan Musa bin Nushair. Spanyol dan kota-kota penting lainnya jatuh ketangan umat
islam. Sejak saat itu, secara politik, Spanyol berada di bawah kekuasaan
khalifah Bani Umayyah.
Ketika
Daulah Bani Umayyah Damaskus runtuh pada tahun 132/750, Andalusia menjadi salah
satu provinsi dari Daulah Bani Abbas. Salah satu pangeran Dinasti Umayyah yang
bernama Abd al Rahman ibn Mu’awwuyah (Abdurrahman I), cucu khalifah Umawiyah
kesepuluh Hisyam Ibn Abd al Malik berhasil melarikan diri dari kejaran-kejaran
orang-orang Abbasiyah setelah runtuhnya pemerintahan Bani Umayyah di Damaskus
dan menginjakan kaki di Spanyol. Atas keberhasilannya meloloskan diri ia diberi
gelar al Dâkhil (pendatang baru).[1]
Al Dâkhil memproklamirkan diri sebagai khalifah dengan gelar amîr al mu’minîn.
Sejak saat itulah babak kedua kekuasan Dinasti Ummayah dimulai. Pemerintahan
Bani Umayyah Spanyol (Bani Umayyah II) merupakan pemerintahan pertama yang
memisahkan diri dari dunia pemerintahan Islam Dinasti Abbasiyah. Pendirinya
adalah Abdurrahman ad Dakhil bin Mu’awiyah bin Hisyam bin Abd Malik al Umawi.
Dengan demikian, maka dimulailah peradaban Islam baru di Spanyol yang dinamakan
Dinasti Umayyah Spanyol (Umayyah II).
Spanyol/Andalusia di kuasai oleh umat
Islam pada zaman Khalifah Al-Walid (705-715 M) salah seorang khalifah Daulah
Umayah yang berpusat di Damaskus.[2]
Bani Umayyah merebut Spanyol dari bangsa Gothia pada masa khalifah al Walid ibn
‘Abd al Malik (86-96/705-715). Penaklukan Spanyol diawali dengan pengiriman 500
orang tentara muslim dibawah pimpinan Tarif ibn Malik pada tahun 91/710.
Pengiriman pasukan Tarif dilakukan atas undangan salah satu raja Gothia Barat,
dimana salah satu putri ratu Julian yang sedang belajar di Toledo ibu kota
Visigoth telah diperkosa oleh raja Roderick. Karena kemarahan dan
kekecewaannya, umat Islam diminta untuk membantu melawan raja Roderick. Pasukan
Tarifa mendarat di sebuah tempat yang kemudian diberi nama Tarifa. Ekspedisi
ini berhasil, dan Tarifa kembali ke Afrika Utara dengan membawa banyak
Ghanimah. Musa ibn Nushair, Gubernur Jenderal al Maghrib di Afrika Utara pada
masa itu, kemudian mengirimkan 7000 orang tentara di bawah pimpinan Thariq ibn
Ziyad. Ekspedisi II ini mendarat di bukit karang Giblartar (Jabal al Thariq)
pada tahun 92/711. Sehubungan Tentara Gothia yang akan dihadapi berjumlah
100.000 orang, maka Musa Ibn Nushair menambah pasukan Thariq menjadi 12.000
orang.[3]
Diantara
khalifah - khalifah Umayyah II yang terkemuka diantaranya:
1. Abdurrahman ad Dakhil (755-788 M)
2. Al Hakam bin Hisyam (796-821 M)
3. Abdurrahman ibnul Hakam (821-852 M)
4. Muhammad bin Abdurrahman (852-886 M)
5. Abdullah bin Muhammad (889-912 M)
6. Abdurrahman bin Muhammad (912-961 M)
2. Perkembangan Islam di Spanyol
a.
Periode pertama (711-755 M)
Pada periode ini, Spanyol berada di
bawah pemerintahan para wali yang diangkat oleh Khalifah Bani Umayah yang
berpusat di Damskus. Pada periode ini stabilitas politik negeri Spanyol belum
tercapai secara sempurna, gangguan-gangguan masih terjadi baik datang dari
dalam maupun dari luar. Gangguan dari dalam antara lain berupa perselisihan di
antara elit penguasa, terutama akibat perbedaan etnis dan golongan. Di
samping itu, terdapat perbedaan pandangan terhadap khalifah di Damaskus
dan Gubernur Afrika Utara yang berpusat di Kairawan. Masing-masing mengaku
bahwa, merekalah yang berhak menguasai daerah Spanyol ini.
b.
Periode ke 2 (755-912 M)
Pada periode ini, Spanyol berada di bawah pemerintahn
seorang yang bergelar amir (Panglima atau Gubernur) tetapi tidak tunduk pada
pusat pemerintah. Spanyol menjadi bagian dari imperium Islam dalam masa
pemerintahan Walid bin Abdul Malik. Sejak itu Spanyol merupakan bagian dari
wilayah kekuasaan Islam. Bangsa Spanyol bahagia dan makmur dibawah pemerintahan
Muslim. Ia tetap menjadi bagian dari kekhalifahan Umayyah hingga pecahnya
pemberontakan Abbasiyah.
c.
Periode ke-3 (912-1013
M)
Periode
ini berlangsung mulai dari pemerintahan Aburrahman III yang bergelar “An-Nsir”
sampai munculnya “raja-raja kelompok” yang dikenal dengan sebutan Mulk
At-Thawa’if. Pada periode ini, Spanyol dierintah oleh penguasa dengan gelar
kholifah, penggunaan gelar kholifah tersebut bermula dari berita yang sampai
pada Abdurrahman III, bahwa al-Muktadir kholifah Daulah Bani Abbas di Baghdad
meninggal dunia dibunuh oleh pengawalnya sendiri.
Pada
periode ini umat Islam Spanyol mencapai puncak kejayaan dan kemajuan, menyaingi
kejayaan Daulah Abbasiyah di Baghdad. Abdurrahman An-Nasir mendirikan
universitas Kordova. Perpustakaannya memiliki koleksi ratusan ribu buku.
d. Periode
ke-4 (1013-1086 M)
Pada
periode ini Spanyol terpecah menjadi lebih dari 3 negara kecil dibawah
pemerintahan raja-raja golongan atau Al-Mulukuth-Thawaif, yang berpusat disuatu
kota seperti Seville, Cordova, Toledo dan sebagainya. Pada periode ini umat
Islam Spanyol kembali memasuki masa pertikaian intern.
e. Periode
ke-5 (1086-1248 M)
Sekalipun pada masa ini kekuatan
muslim Spanyol terpecah menjadi sejumlah negara kecil, namun terdapat kekuatan
yang dominan yakni dinasti Murabithun (1086-1143 m). dan diansti Murabithun
pada mulanya merupakan gerakan keagamaan di Afrika utara yang dipimpin oleh
tokoh-tokoh agama (kiai) yang tinggal di Ribath (sejenis surau) yang dipimpin
oleh seorang guru yang bernama Abdullah ibn Yasin. Gerakan Ribath ini berubah
menjadi gerakan militer yang melakukan gerakan expansi di bawah pimpinan ibn
Tasyfin yang berpusat di kota Marrakusy.
Ia masuk ke Spanyol atas “undangan”
penguasa-penguasa Islam di sana yang telah memikul beban berat perjuangan
mempertahankan negeri-negerinya dari serangan-serangan orang-orang kristen. Ia
dan tentaranya memasuki Spanyol pada tahun 1086 M dan berhasil mengalahkan
pasukan Castilia. Karena perpecahan di kalangan raja-raja muslim, Yusuf
melangkah lebih jauh untuk manguasai Spanyol dan ia berhasil untuk itu. Akan
tetapi, penguasa-penguasa sesudah ibn Tasyfin adalah raja-raja yang
lemah. Pada tahun 1143 M, kekuasaan diansti ini berakhir, baik di Afrika utara
maupun di Spanyol dan digantikan oleh dinasti Muwahhidun
Al-Muwahhidun
didirikan oleh ibn Tumart, berasal dari kawasan sus di Afrika Utara. Ibn Tumart
menamakan gerakannya dengan al-Muwahhidun karena gerakan ini bertujuan untuk
menegakkan tauhid (keesaan Allah), menolak segala bentuk pemahaman
anthropomorfisme (tajsim) yang dianut oleh Murabitun. Karena itu, semangat perjuangan
Ibn Tumart adalah menghancurkan kekuatan Murabithun. Ditangan Abdul
Mun‟im, seorang panglima militer Ibn Tumart dan sekaligus pengganti
kedudukannya, Muwahhidun berhasil memasuki Spanyol. Antara tahun 1114-1154 M.,
kota-kota muslim di Spanyol.jatuh ke tangannya; kordoba, Almeria, dan Granada.
Abdul Mun‟im digantikan oleh saudaranya yang bernama Yaqub, dan
kemudian tampilah Yaqub sebagai penerusnya.
f. Periode
ke enam ((1248-1492
M)
Pada
periode ini, islam hanya berkuasa di daerah Granada, dibawah dinasti bani Ahmar
(1232-1492 M). peradaban kembali mengalami kemajuan seperti di zaman
Abdurrahman an- Nasir. Akan tetapi, secara politik, dinasti ini hanya berkuasa
diwilayah yang terkecil. Kekuasaan islam yang merupakan pertahanan terakhir di
Spanyol ini berakhir karena perselisihan orang-orang istana dalam memperebutkan
kekuasaan. Abu Abdullah Muhammad merasa tidak senang kepada ayahnya karena
menunjuk anaknya yang lain sebagai pengganti menjadi raja. Dia memberontak dan
berusaha memberantas kekuasaan. Dalam pemberontakan itu, ayahnya terbunuh
kemudian digantikan oleh Muhammad ibn Sa'ad. Abu Abdullah kemudian meminta
bantuan kepada Ferdinand an Isabella untuk menjatuhkannya. Dua penguasa Kristen
ini dapat mengalahkan penguasa yang syah dan Abu Abdullah naik tahta.
Tentu
saja, Ferdinan dan Isabella yang mempersatukan dua kerajaan besar Kristen
melalui perkawinan itu tidak cukup merasa puas. Keduanya ingin merebut
kekuasaan terakhir umat islam di Spanyol. Abu Abdullah tidak kuasa menahan
serangan-serangan orang Kristen tersebut dan pada akhirnya mengaku kalah. Ia
menyerahkan kekuasaan kepada Ferdinan dan Isabela. Dan keudian dia hijrah ke
Afrika Utara. Dengan demikian berakhirlah kekuasaan Islam di Spanyol pada tahun
1492 M. umat islam setelah itu dihadapjkan pada 2 pilihan, masuk Krusten atau
meniggalkan Spanyol. Pada tahun 1609 M, boleh dikatakan tidak ada lagi umat
islam di daerah ini.[4]
3. Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Kebudayaan
Masuknya
Islam di Spanyol telah membuka cakrawala baru dalam sejarah Islam. Kemajuan
peradapan di Spanyol Islam pada saat ini berimas pada bangkitnya Renaisans duni barat pada abad
pertengahan sehingga dapat dikatakan bahwa Arab Spanyol adalah guru beagi Eropa
dan Universitas Cordova, Toledo, sedangkan Seville berfungsi sebagai sumber
asli kebudayaan Arab, non-Arab, Muslim, Kristen, Yahudi dan agama lain sampai beberapa
abad kemudian. Cordova sebagai ibukota Spanyol merupakan pusat peradapan Islam
yang tinggi yang dapat menyamai kemasyhuran Baghdad di Timur dan Kairo di
Mesir.
Berikut merupakan kemajuan yang
diraih umat Islam di Spanyol dalam ilmu pengetahuan dan kebudayaan:
a. Filsafat
Dalam bidang ini, Spanyol Islam
telah merintis pembangunannya sekitar abad ke -9 M. sejak abad ini, minat
terhadap filsafat dan ilmu pengetahuan mulai dikembangkan. Dengan berbagai
upaya yang dilakukan dan adanya dukungan politis dari penguasa, akhirnya
Cordova mampu berdiri sejajar dengan Baghdad sebagai pusat pengembangan ilmu
pengetahuan di dunia Islam dan melahirkan banyak filosof terkenal yang wacana
perenungan dan pemikirannya mewarnai struktur bangunan ilmu pengetahuan sampai abad
sekarang.
Tokoh-tokoh filsafat yang lahir pada
masa itu antara lain : Abu Bakri Muhammad Ibn As-Sayiqh yang lebih dikenal
dengan Ibn Bajah , Abu Bakar Ibn Thufail, Ibn Maimun, Ibn Arabi, Sulaiman Ibn
Yahya, dan Ibn Rusyd yang dikenal ahli fiqh.
b. Sains
Spanyol
Islam banyak melahirkan tokoh dalam lapangan Sains. Dalam bidang matematika,
pakar yang sangat terkenal adalah Ibn Sina. Selain ahli dalam bidang tersebut,
ia juga dikenal sebagai seorang teknokrat dan ahli ekologi. Bidang matematika
juga melahirkan nama Ibn Saffat dan Al-Kimmy, keduanya juga ahlii dalam bidang
Teknik.
Dalam
bidang fisika dikenal tokoh Ar-Razi. Dialah yang meletakkan dasar ilmu kimia
dan menolak kegunaan yang bersifat takhayul. Dia juga yang menemukan rumusan
klasifikasi binatang, tetumbuhan dan numerial.
Dalam
bidang kimia dan astronomi, selain Abbas Ibn Farmas, juga dikenal Ibrahim Ibn Yahya An-Naqqosh, yang pertama dikenal
sebagai penemu pembuatan kaca dari batu dan yang kedua sebagai orang yang dapat
menemukan waktu terjadinya gerhana matahari.
c. Bahasa Sastra dan Musik
Bahasa Arab dengan ketinggian sastra
dan tata bahasanya telah mendorong lahirnya minat yang besar masyarakat
Spanyol. Hal ini dibuktiksn dengan dijadikannya bahasa ini menjadi bahasa
resmi, bahas pengantar, bahasa ilmu pengetahuan dan administrasi.
Dalam
bidang seni, indikai kemajuannya dadalah berdirinya sekolah musik di Cordova
oleh Zaryab.
d. Sejarah dan Geografi
Dalam
bidang ini Spanyol Isalm khususnya Islam bagian barat telah banyak melahirkan
penulis terkenal, seperti Ibn Zubair dari Valancia, Ibn Al-Khathib.
e. Fiqh
Umat Islam spanyol dikenal sebagai
penganut Madzhab Maliki. Sebuah kitab fiqh monumental yang masih menjadi salah
satu rujukan dalam hukum Islam sampai saat ini, khususnya di Indonesia, adalah Bidayatul Mujtahid. Kitab tersebut
adalah karangan Ibn Ruusyd, filosof dan faqh Spanyol Islam.[5]
f. Kemajuan pembangunan fisik
Kemajuan
pesat pada bidang intelektul tidak melalaikan para penguassa Soanyol Islam
untuk memperhatikan pembangunan fisik. Dalam pembangunan fisik, umat Islam
Spanyol telah membuat bangunan-bangunan fasilitas, seperti, perpustakaan yang
jumlahnya sangat banyak, gedung oertanian, jembatan-jembatan air, irigasi, roda
air dan lain-lain. Disamping itu, istana-istana dan masjid yang besar-besar dan
megah serta pemandian dan taman-taman yang kesemuanya dipersatukan dalam kota
yang ditata dengan teratur.
4.
Kemunduran
dan Kehancuran Bani Umayyah II
a. Munculnya Kholifah-kholifah yang lemah
Masa kejayaan Islam di Spanyol dimulai
dari periode Abd. Rahman III yang kemudian dilanjutkan oleh putranya, yaitu
Hakam. Sang penguasa yang cinta ilmu pengetahuan dan kolektor buku serta
pendiri perpustakaan. Pada masa kedua penguasa tersebut, keadaan politik dan
ekonomi mengalami puncak kejayaan dan kestabilan.
Keadaan Negara yang stabil dan penuh
kemajuan ini tidak dapat bertahan lagi setelah Hakam II wafat dan digantikan
Hisyam II yang bru berusia 11 tahun. karena tidk mampu mengendalikan roda
pemerintahan, jalannya pemerintahan dikendalikan oleh ibunya dengan dibantu
oleh Muhammad Ibn Abi Umar yang bergelar Hajib Al Mansur yang ambisius dan haus
kekuasaan. Sejak saat itu, kholifah dijadikan sebagai boneka oleh Muhammad Ibn
Abi Umar dan para penggantinya.
b. Konflik
antara Islam dan Kristen
Setelah
menaklukkan Spanyol, para penguasa Muslim tidak menjalankan kebijakan
Islamisasi secara sempurna. Penduduk Spanyol dibiarkan memeluk agamanya,
mempertahankan hokum dan tradisi mereka. Penguasa Islam hanya mewajibkan mereka
membayar umpeti, dan tidak memberontak. Kebijakan ini ternyata menjadi
boomerang. Penduduk Spanyol menggalang kekuatan untuk melawan penguasa islam.
Pertentangan Islam dan Kristen tak
pernah berhenti sampai jatuhhnya kekuasaan Islam. Orang-orang Kristen selalu
merasa bahwa kahadiran umat Islam merupakan ancaman bagi mereka. Setelah
kekuasaan Islam melemah, satu persatu kota-kota yang dikuasaai Islam jatuh
ketangan orang Kristen.
c. Munculnya
Muluk Ath-Thawaif
Munculnya Muluk Ath-Thawaif (dinasti-dinassti
kecil), secara politis telah menjadiindikassi akan kemunduran Islam di Spnyol,
karena dengan terpecahnya kekuasaan kholifah menjadi dinasti-dinasti kecil,
kekuatanpun terpecah-pecah dan lemah. Keadaan ini membuka peluang bagi
penguassa provinsi pusat untuk mempertahankan eksistensinya. Masing-masing
dinasti menggerakkan segala daya upaya termasuk meminta bantuan orang-orang
Kristen.
d. Kemerosotan
Ekonomi
Di paruh kedua masa Islam Spanyol, para
penguasa mementingkan pembangunan fisik dengan mendirikan banging-bangunan
megah dan monumental. Demikian juga bidang IPTEK. Pemerintah dengan giat
mengembangkan bidang ini, sehingga bidang perekonomian kurang mendapat
perhatian. Selain itu, banyak anggaran Negara yang terserap untuk membiayai
tentara bayaran demi keamanan Negara.
e. Sistem
Peralihan kekuasaan yang tidak Jelas
Salah satu penyebab kemunduran dan
kehancurab dinasti adalah perebutan kekuasaan antara elit penguasa maupun
antarputra mahkota. Terjadinya perebutan kekuasaan ini menyebabkan perang
antara elit atau keluarga yang pada akhirnya dapat menggerogoti kekuatan dan
stabilitas Negara.[6]
[1] Philip K. Hitti, Op.
Cit., hal. 647
[2] Badri yabtim, Sejarah
Peradaban Islam, PT: Gravindo Persada, 2003 hal.87
[3] Siti Maryam, dkk, Sejarah
Peradaban Islam Dari Masa Klasik Hingga Modern, Yogyakarta: Lesfi, 2004,
hal 80.
[4]Suraya Sulthan, http://www.academia.edu/9358498/Makalah_--Peradaban_Islam_pada_masa_Daulah_Bani_Umayyah_II_di_Spanyol_Andalusia_dan_Daulah_Fatimiyah_di_Mesir_Mesir_Apr_14_Assalamualaikum,
diakses pada hari rabu, 06.33 am.
[5] Dedi Supriyadi, Sejarah
Peradaban Islam, 2008, Bandung: Pustaka Setia, hlm. 119-123
[6] Ibid, hlm.124-125
No comments:
Post a Comment