Sunday 4 December 2016

Dinasti Umayyah II

   1.      Sejarah berdirinya
Dinasti Umayyah II didirikan oleh Abdurrahman Ibn Marwan. Sebelumnya, Spanyol sudah ditaklukkan oleh tiga pahlawan Islam yaitu Tharif bin Malik, Tharig bin Ziyad, dan Musa bin Nushair. Spanyol dan kota-kota penting lainnya jatuh ketangan umat islam. Sejak saat itu, secara politik, Spanyol berada di bawah kekuasaan khalifah Bani Umayyah.
Ketika Daulah Bani Umayyah Damaskus runtuh pada tahun 132/750, Andalusia menjadi salah satu provinsi dari Daulah Bani Abbas. Salah satu pangeran Dinasti Umayyah yang bernama Abd al Rahman ibn Mu’awwuyah (Abdurrahman I), cucu khalifah Umawiyah kesepuluh Hisyam Ibn Abd al Malik berhasil melarikan diri dari kejaran-kejaran orang-orang Abbasiyah setelah runtuhnya pemerintahan Bani Umayyah di Damaskus dan menginjakan kaki di Spanyol. Atas keberhasilannya meloloskan diri ia diberi gelar al Dâkhil (pendatang baru).[1] Al Dâkhil memproklamirkan diri sebagai khalifah dengan gelar amîr al mu’minîn. Sejak saat itulah babak kedua kekuasan Dinasti Ummayah dimulai. Pemerintahan Bani Umayyah Spanyol (Bani Umayyah II) merupakan pemerintahan pertama yang memisahkan diri dari dunia pemerintahan Islam Dinasti Abbasiyah. Pendirinya adalah Abdurrahman ad Dakhil bin Mu’awiyah bin Hisyam bin Abd Malik al Umawi. Dengan demikian, maka dimulailah peradaban Islam baru di Spanyol yang dinamakan Dinasti Umayyah Spanyol (Umayyah II).

Spanyol/Andalusia di kuasai oleh umat Islam pada zaman Khalifah Al-Walid (705-715 M) salah seorang khalifah Daulah Umayah yang berpusat di Damaskus.[2] Bani Umayyah merebut Spanyol dari bangsa Gothia pada masa khalifah al Walid ibn ‘Abd al Malik (86-96/705-715). Penaklukan Spanyol diawali dengan pengiriman 500 orang tentara muslim dibawah pimpinan Tarif ibn Malik pada tahun 91/710. Pengiriman pasukan Tarif dilakukan atas undangan salah satu raja Gothia Barat, dimana salah satu putri ratu Julian yang sedang belajar di Toledo ibu kota Visigoth telah diperkosa oleh raja Roderick. Karena kemarahan dan kekecewaannya, umat Islam diminta untuk membantu melawan raja Roderick. Pasukan Tarifa mendarat di sebuah tempat yang kemudian diberi nama Tarifa. Ekspedisi ini berhasil, dan Tarifa kembali ke Afrika Utara dengan membawa banyak Ghanimah. Musa ibn Nushair, Gubernur Jenderal al Maghrib di Afrika Utara pada masa itu, kemudian mengirimkan 7000 orang tentara di bawah pimpinan Thariq ibn Ziyad. Ekspedisi II ini mendarat di bukit karang Giblartar (Jabal al Thariq) pada tahun 92/711. Sehubungan Tentara Gothia yang akan dihadapi berjumlah 100.000 orang, maka Musa Ibn Nushair menambah pasukan Thariq menjadi 12.000 orang.[3]

Diantara khalifah - khalifah Umayyah II yang terkemuka diantaranya:
1.      Abdurrahman ad Dakhil (755-788 M)
2.      Al Hakam bin Hisyam (796-821 M)
3.      Abdurrahman ibnul Hakam (821-852 M)
4.      Muhammad bin Abdurrahman (852-886 M)
5.      Abdullah bin Muhammad (889-912 M)
6.      Abdurrahman bin Muhammad (912-961 M)

2.      Perkembangan Islam di Spanyol
a.    Periode pertama (711-755 M)
Pada periode ini, Spanyol berada di bawah pemerintahan para wali yang diangkat oleh Khalifah Bani Umayah yang berpusat di Damskus. Pada periode ini stabilitas politik negeri Spanyol belum tercapai secara sempurna, gangguan-gangguan masih terjadi baik datang dari dalam maupun dari luar. Gangguan dari dalam antara lain berupa perselisihan di antara elit  penguasa, terutama akibat perbedaan etnis dan golongan. Di samping itu, terdapat perbedaan  pandangan terhadap khalifah di Damaskus dan Gubernur Afrika Utara yang berpusat di Kairawan. Masing-masing mengaku bahwa, merekalah yang berhak menguasai daerah Spanyol ini.

b.      Periode ke 2 (755-912 M)
         Pada periode ini, Spanyol berada di bawah pemerintahn seorang yang bergelar amir (Panglima atau Gubernur) tetapi tidak tunduk pada pusat pemerintah. Spanyol menjadi bagian dari imperium Islam dalam masa pemerintahan Walid bin Abdul Malik. Sejak itu Spanyol merupakan bagian dari wilayah kekuasaan Islam. Bangsa Spanyol bahagia dan makmur dibawah pemerintahan Muslim. Ia tetap menjadi bagian dari kekhalifahan Umayyah hingga pecahnya pemberontakan Abbasiyah.
c.       Periode ke-3 (912-1013 M)
Periode ini berlangsung mulai dari pemerintahan Aburrahman III yang bergelar “An-Nsir” sampai munculnya “raja-raja kelompok” yang dikenal dengan sebutan Mulk At-Thawa’if. Pada periode ini, Spanyol dierintah oleh penguasa dengan gelar kholifah, penggunaan gelar kholifah tersebut bermula dari berita yang sampai pada Abdurrahman III, bahwa al-Muktadir kholifah Daulah Bani Abbas di Baghdad meninggal dunia dibunuh oleh pengawalnya sendiri.
Pada periode ini umat Islam Spanyol mencapai puncak kejayaan dan kemajuan, menyaingi kejayaan Daulah Abbasiyah di Baghdad. Abdurrahman An-Nasir mendirikan universitas Kordova. Perpustakaannya memiliki koleksi ratusan ribu buku.

d.      Periode ke-4 (1013-1086 M)
Pada periode ini Spanyol terpecah menjadi lebih dari 3 negara kecil dibawah pemerintahan raja-raja golongan atau Al-Mulukuth-Thawaif, yang berpusat disuatu kota seperti Seville, Cordova, Toledo dan sebagainya. Pada periode ini umat Islam Spanyol kembali memasuki masa pertikaian intern.


e.       Periode ke-5 (1086-1248 M)
Sekalipun pada masa ini kekuatan muslim Spanyol terpecah menjadi sejumlah negara kecil, namun terdapat kekuatan yang dominan yakni dinasti Murabithun (1086-1143 m). dan diansti Murabithun pada mulanya merupakan gerakan keagamaan di Afrika utara yang dipimpin oleh tokoh-tokoh agama (kiai) yang tinggal di Ribath (sejenis surau) yang dipimpin oleh seorang guru yang bernama Abdullah ibn Yasin. Gerakan Ribath ini berubah menjadi gerakan militer yang melakukan gerakan expansi di bawah pimpinan ibn Tasyfin yang  berpusat di kota Marrakusy.

Ia masuk ke Spanyol atas “undangan” penguasa-penguasa Islam di sana yang telah memikul beban berat perjuangan mempertahankan negeri-negerinya dari serangan-serangan orang-orang kristen. Ia dan tentaranya memasuki Spanyol pada tahun 1086 M dan berhasil mengalahkan pasukan Castilia. Karena perpecahan di kalangan raja-raja muslim, Yusuf melangkah lebih jauh untuk manguasai Spanyol dan ia berhasil untuk itu. Akan tetapi,  penguasa-penguasa sesudah ibn Tasyfin adalah raja-raja yang lemah. Pada tahun 1143 M, kekuasaan diansti ini berakhir, baik di Afrika utara maupun di Spanyol dan digantikan oleh dinasti Muwahhidun

Al-Muwahhidun didirikan oleh ibn Tumart, berasal dari kawasan sus di Afrika Utara. Ibn Tumart menamakan gerakannya dengan al-Muwahhidun karena gerakan ini bertujuan untuk menegakkan tauhid (keesaan Allah), menolak segala bentuk pemahaman anthropomorfisme (tajsim) yang dianut oleh Murabitun. Karena itu, semangat perjuangan Ibn Tumart adalah menghancurkan kekuatan Murabithun. Ditangan Abdul Mun‟im, seorang  panglima militer Ibn Tumart dan sekaligus pengganti kedudukannya, Muwahhidun berhasil memasuki Spanyol. Antara tahun 1114-1154 M., kota-kota muslim di Spanyol.jatuh ke tangannya; kordoba, Almeria, dan Granada. Abdul Mun‟im digantikan oleh saudaranya yang  bernama Yaqub, dan kemudian tampilah Yaqub sebagai penerusnya.

f.       Periode ke enam ((1248-1492 M)
Pada periode ini, islam hanya berkuasa di daerah Granada, dibawah dinasti bani Ahmar (1232-1492 M). peradaban kembali mengalami kemajuan seperti di zaman Abdurrahman an- Nasir. Akan tetapi, secara politik, dinasti ini hanya berkuasa diwilayah yang terkecil. Kekuasaan islam yang merupakan pertahanan terakhir di Spanyol ini berakhir karena perselisihan orang-orang istana dalam memperebutkan kekuasaan. Abu Abdullah Muhammad merasa tidak senang kepada ayahnya karena menunjuk anaknya yang lain sebagai pengganti menjadi raja. Dia memberontak dan berusaha memberantas kekuasaan. Dalam pemberontakan itu, ayahnya terbunuh kemudian digantikan oleh Muhammad ibn Sa'ad. Abu Abdullah kemudian meminta bantuan kepada Ferdinand an Isabella untuk menjatuhkannya. Dua penguasa Kristen ini dapat mengalahkan penguasa yang syah dan Abu Abdullah naik tahta.

Tentu saja, Ferdinan dan Isabella yang mempersatukan dua kerajaan besar Kristen melalui perkawinan itu tidak cukup merasa puas. Keduanya ingin merebut kekuasaan terakhir umat islam di Spanyol. Abu Abdullah tidak kuasa menahan serangan-serangan orang Kristen tersebut dan pada akhirnya mengaku kalah. Ia menyerahkan kekuasaan kepada Ferdinan dan Isabela. Dan keudian dia hijrah ke Afrika Utara. Dengan demikian berakhirlah kekuasaan Islam di Spanyol pada tahun 1492 M. umat islam setelah itu dihadapjkan pada 2 pilihan, masuk Krusten atau meniggalkan Spanyol. Pada tahun 1609 M, boleh dikatakan tidak ada lagi umat islam di daerah ini.[4]


3.      Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Kebudayaan
         Masuknya Islam di Spanyol telah membuka cakrawala baru dalam sejarah Islam. Kemajuan peradapan di Spanyol Islam pada saat ini berimas pada bangkitnya Renaisans duni barat pada abad pertengahan sehingga dapat dikatakan bahwa Arab Spanyol adalah guru beagi Eropa dan Universitas Cordova, Toledo, sedangkan Seville berfungsi sebagai sumber asli kebudayaan Arab, non-Arab, Muslim, Kristen, Yahudi dan agama lain sampai beberapa abad kemudian. Cordova sebagai ibukota Spanyol merupakan pusat peradapan Islam yang tinggi yang dapat menyamai kemasyhuran Baghdad di Timur dan Kairo di Mesir.
        
Berikut merupakan kemajuan yang diraih umat Islam di Spanyol dalam ilmu pengetahuan dan kebudayaan:
a.       Filsafat
Dalam bidang ini, Spanyol Islam telah merintis pembangunannya sekitar abad ke -9 M. sejak abad ini, minat terhadap filsafat dan ilmu pengetahuan mulai dikembangkan. Dengan berbagai upaya yang dilakukan dan adanya dukungan politis dari penguasa, akhirnya Cordova mampu berdiri sejajar dengan Baghdad sebagai pusat pengembangan ilmu pengetahuan di dunia Islam dan melahirkan banyak filosof terkenal yang wacana perenungan dan pemikirannya mewarnai struktur bangunan ilmu pengetahuan sampai abad sekarang.
Tokoh-tokoh filsafat yang lahir pada masa itu antara lain : Abu Bakri Muhammad Ibn As-Sayiqh yang lebih dikenal dengan Ibn Bajah , Abu Bakar Ibn Thufail, Ibn Maimun, Ibn Arabi, Sulaiman Ibn Yahya, dan Ibn Rusyd yang dikenal ahli fiqh.

b.      Sains
      Spanyol Islam banyak melahirkan tokoh dalam lapangan Sains. Dalam bidang matematika, pakar yang sangat terkenal adalah Ibn Sina. Selain ahli dalam bidang tersebut, ia juga dikenal sebagai seorang teknokrat dan ahli ekologi. Bidang matematika juga melahirkan nama Ibn Saffat dan Al-Kimmy, keduanya juga ahlii dalam bidang Teknik.
      Dalam bidang fisika dikenal tokoh Ar-Razi. Dialah yang meletakkan dasar ilmu kimia dan menolak kegunaan yang bersifat takhayul. Dia juga yang menemukan rumusan klasifikasi binatang, tetumbuhan dan numerial.
      Dalam bidang kimia dan astronomi, selain Abbas Ibn Farmas, juga dikenal Ibrahim  Ibn Yahya An-Naqqosh, yang pertama dikenal sebagai penemu pembuatan kaca dari batu dan yang kedua sebagai orang yang dapat menemukan waktu terjadinya gerhana matahari.

c.       Bahasa Sastra dan Musik
Bahasa Arab dengan ketinggian sastra dan tata bahasanya telah mendorong lahirnya minat yang besar masyarakat Spanyol. Hal ini dibuktiksn dengan dijadikannya bahasa ini menjadi bahasa resmi, bahas pengantar, bahasa ilmu pengetahuan dan administrasi.
      Dalam bidang seni, indikai kemajuannya dadalah berdirinya sekolah musik di Cordova oleh Zaryab.

d.      Sejarah dan Geografi
      Dalam bidang ini Spanyol Isalm khususnya Islam bagian barat telah banyak melahirkan penulis terkenal, seperti Ibn Zubair dari Valancia, Ibn Al-Khathib.

e.       Fiqh
Umat Islam spanyol dikenal sebagai penganut Madzhab Maliki. Sebuah kitab fiqh monumental yang masih menjadi salah satu rujukan dalam hukum Islam sampai saat ini, khususnya di Indonesia, adalah Bidayatul Mujtahid. Kitab tersebut adalah karangan Ibn Ruusyd, filosof dan faqh Spanyol Islam.[5]



f.       Kemajuan pembangunan fisik
Kemajuan pesat pada bidang intelektul tidak melalaikan para penguassa Soanyol Islam untuk memperhatikan pembangunan fisik. Dalam pembangunan fisik, umat Islam Spanyol telah membuat bangunan-bangunan fasilitas, seperti, perpustakaan yang jumlahnya sangat banyak, gedung oertanian, jembatan-jembatan air, irigasi, roda air dan lain-lain. Disamping itu, istana-istana dan masjid yang besar-besar dan megah serta pemandian dan taman-taman yang kesemuanya dipersatukan dalam kota yang ditata dengan teratur.

4.      Kemunduran dan Kehancuran Bani Umayyah II
a.  Munculnya Kholifah-kholifah yang lemah
         Masa kejayaan Islam di Spanyol dimulai dari periode Abd. Rahman III yang kemudian dilanjutkan oleh putranya, yaitu Hakam. Sang penguasa yang cinta ilmu pengetahuan dan kolektor buku serta pendiri perpustakaan. Pada masa kedua penguasa tersebut, keadaan politik dan ekonomi mengalami puncak kejayaan dan kestabilan.
         Keadaan Negara yang stabil dan penuh kemajuan ini tidak dapat bertahan lagi setelah Hakam II wafat dan digantikan Hisyam II yang bru berusia 11 tahun. karena tidk mampu mengendalikan roda pemerintahan, jalannya pemerintahan dikendalikan oleh ibunya dengan dibantu oleh Muhammad Ibn Abi Umar yang bergelar Hajib Al Mansur yang ambisius dan haus kekuasaan. Sejak saat itu, kholifah dijadikan sebagai boneka oleh Muhammad Ibn Abi Umar dan para penggantinya.

b.   Konflik antara Islam dan Kristen
Setelah menaklukkan Spanyol, para penguasa Muslim tidak menjalankan kebijakan Islamisasi secara sempurna. Penduduk Spanyol dibiarkan memeluk agamanya, mempertahankan hokum dan tradisi mereka. Penguasa Islam hanya mewajibkan mereka membayar umpeti, dan tidak memberontak. Kebijakan ini ternyata menjadi boomerang. Penduduk Spanyol menggalang kekuatan untuk melawan penguasa islam. Pertentangan Islam dan Kristen  tak pernah berhenti sampai jatuhhnya kekuasaan Islam. Orang-orang Kristen selalu merasa bahwa kahadiran umat Islam merupakan ancaman bagi mereka. Setelah kekuasaan Islam melemah, satu persatu kota-kota yang dikuasaai Islam jatuh ketangan orang Kristen.

c.    Munculnya Muluk Ath-Thawaif
   Munculnya Muluk Ath-Thawaif (dinasti-dinassti kecil), secara politis telah menjadiindikassi akan kemunduran Islam di Spnyol, karena dengan terpecahnya kekuasaan kholifah menjadi dinasti-dinasti kecil, kekuatanpun terpecah-pecah dan lemah. Keadaan ini membuka peluang bagi penguassa provinsi pusat untuk mempertahankan eksistensinya. Masing-masing dinasti menggerakkan segala daya upaya termasuk meminta bantuan orang-orang Kristen.

d.   Kemerosotan Ekonomi
        Di paruh kedua masa Islam Spanyol, para penguasa mementingkan pembangunan fisik dengan mendirikan banging-bangunan megah dan monumental. Demikian juga bidang IPTEK. Pemerintah dengan giat mengembangkan bidang ini, sehingga bidang perekonomian kurang mendapat perhatian. Selain itu, banyak anggaran Negara yang terserap untuk membiayai tentara bayaran demi keamanan Negara.

e.    Sistem Peralihan kekuasaan yang tidak Jelas
        Salah satu penyebab kemunduran dan kehancurab dinasti adalah perebutan kekuasaan antara elit penguasa maupun antarputra mahkota. Terjadinya perebutan kekuasaan ini menyebabkan perang antara elit atau keluarga yang pada akhirnya dapat menggerogoti kekuatan dan stabilitas Negara.[6]



[1] Philip K. Hitti, Op. Cit., hal. 647
[2] Badri yabtim, Sejarah Peradaban Islam, PT: Gravindo Persada, 2003 hal.87
[3] Siti Maryam, dkk, Sejarah Peradaban Islam Dari Masa Klasik Hingga Modern, Yogyakarta: Lesfi, 2004, hal 80.
[4]Suraya Sulthan,      http://www.academia.edu/9358498/Makalah_--Peradaban_Islam_pada_masa_Daulah_Bani_Umayyah_II_di_Spanyol_Andalusia_dan_Daulah_Fatimiyah_di_Mesir_Mesir_Apr_14_Assalamualaikum, diakses pada hari rabu, 06.33 am.
[5] Dedi Supriyadi, Sejarah Peradaban Islam, 2008, Bandung: Pustaka Setia, hlm. 119-123
[6] Ibid, hlm.124-125

No comments:

Post a Comment