Friday 27 January 2017

Perekonomian pada Masa Harun Al-Rasyid

Image result for perekonomian pada masa Harun al Rasyid
Perekonomian pada Masa Harun Al-Rasyid

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Daulah Abbasiyah mencapai puncak kejayaannya pada masa pemerintahan Harun Ar-Rasyid, seorang khalifah yang taat beragama, shalih, dermawan, hampir bisa disamakan dengan Khalifah Umar bin Abdul Azis dari Bani Umayyah. Jabatan khalifah tidak membuatnya terhalang untuk turun ke jalan-jalan pada malam hari, tujuannya untuk melihat keadaan rakyat yang sebenarnya.Ia ingin melihat apa yang terjadi dan menimpa kaum lemah dengan mata kepalanya sendiri untuk kemudian memberikan bantuan.
Pada masa itu, Baghdad menjadi mercusuar kota impian 1.001 malam yang tidak ada tandingannya di dunia pada abad pertengahan. Daulah Abbasiyah pada masa itu, mempunyai wilayah kekuasaan yang luas, membentang dari Afrika Utara sampai ke Hindukush, India.Kekuatan militer yang dimilikinya juga sangat luar biasa.
Suasana negara yang aman dan damai membuat rakyat menjadi tenteram. Bahkan pada masa pemerintahan Harun Ar-Rasyid sangat sulit mencari orang yang akan diberikan zakat, infak dan sedekah, karena tingkat kemakmuran penduduknya merata. Di samping itu, banyak pedagang dan saudagar yang menanamkan investasinya pada berbagai bidang usaha di wilayah Bani Abbasiyah pada masa itu.  Pada makalah ini pun akan membahas bagaimana riwayat dari Hurun Ar-Rasyid dan bagaimana pula peranannya pada masa Bani Abbasiyah secara lebih lengkap.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan sebelumnya, maka rumusan masalah dalam makalah yang berjudul “Perekonomian Masa Khalifah Harun Ar-Rasyid” adalah :
1. Bagaimanakah riwayat dari Khalifah Harun Ar- Rasyid?
2. Bagaimanakah keadaan pada masa ke Khalifahan Harun Ar-Rasyid?
3. Apa saja kemajuan perekonomian yang terjadi pada masa kekhalifahan Harun Ar-Rasyid?
4. Apa saja faktor Kemunduran dan Kehancuran Kekhalifahan Harun ar-Rasyid?

C. Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan makalh ini adalah :
1. Untuk memaparkan riwayat dari Khalifah Harun Ar- Rasyid;
2. Untuk memaparkan keadaan pada masa ke Khalifahan Harun Ar-Rasyid;
3. Untuk memaparkan kemajuan perekonomian yang terjadi pada masa kekhalifahan Harun Ar-Rasyid
4. Untuk mengetahui faktor Kemunduran dan Kehancuran Kekhalifahan Harun ar-Rasyid

BAB II
PEMBAHASAN

A. MASA KEKHALIFAHAN HARUN AR-RASYID

1. Biografi singkat khalifah Harun Ar-Rasyid

Harun Ar-Rasyid, dilahirkan pada bulan Februari tahun 763 M di Rayydan wafat pada tanggal 24 Maret 809 M. Ayahnya bernama Al-Mahdi bin Abu Ja’far al-Mansyur, khalifah ketiga dari Bani Abbasiyah. Ibunya bernama Khaizuran, seorang wanita sahaya dari Yaman yang dimerdekakan oleh Al-Mahdi.Harun ar-Rasyid memperoleh pendidikan di istana, baik pendidikan agama maupun ilmu pemerintahan.Ia dididik oleh keluarga Barmaki, Yahya bin Khalid salah seorang anggota keluarga Barmak yang berperan dalam pemerintahan Bani Abbasiyah, sehingga ia menjadi terpelajar, cerdas, fasih berbicara dan berkepribadian yang kuat.
Karena kecerdasannya, walaupun usianya masih muda, ia sudah terlibat dalam urusan pemerintahan ayahnya. Ia pun mendapatkan pendidikan ketentaraan. Pada masa pemerintahan ayahnya, Harun ar-Rasyid dipercayakan dua kali memimpin ekspedisi militer untuk menyerang Bizantium (779-780) dan (781-782) sampai ke pantai Bosporus.Ia didampingi oleh para pejabat tinggi dan jenderal veteran. Sebelum menjadi khalifah, ia pernah memegang jabatan gubernur selama dua kali, di as-Saifah pada tahun 163 H \779 M dan di Magribi pada tahun 780 M. Setelah sempat dua kali menjadi gubernur, pada tahun 166 H/782 M Khalifah Al-Mahdi mengukuhkannya menjadi putra Mahkota untuk menjadi khalifah sesudah saudaranya, Al-Hadi, dan setelah pengukuhannya empat tahun kemudian yakni tepatnya pada tanggal 14 September 786 M Harun ar-Rasyid memproklamirkan diri menjadi khalifah, untuk menggantikan saudaranya yang telah wafat.
Dalam menjalankan roda pemerintahan, Harun Ar-Rasyid didampingi Yahya bin Khalid dan empat putranya. ia pun mengangkat Yahya bin Khalid sebagai wazir (perdana menteri) untuk menjalankan roda pemerintahan dengan kekuasaan tidak terbatas. Dan menyerahkan urusan rakyat kepada Yahya bin khalid.
Pribadi dan akhlak Harun ialah ia suka bercengkrama, alim dan sangat dimuliakan. Ia tidak pernah menyia-nyiakan kebaikan orang kepadanya dan tidak pernah menangguh-nangguhkan untuk membalasnya. Beliau menyukai syair dan para penyairnya serta gemar tokoh-tokoh sastra dan fikih, malah beliau sangat menghormati dan merendahkan diri kepada alim ulama. Namun Demikian, ia pun sangat mencintai isterinya sehingga kalau ada yang berbuat salah pada isteri dan pembantu-pembantunya maka orang tersebut akan mendapat hukuman. Diantara sifat-sifat Harun Ar-rasyid yang paling menonjol adalah beliau lebih mengutamakan akal daripada emosi, kalau marah beliau begitu garang dan menggeletar seluruh tubuh dan kalau memberi nasihat beliau menangis terseduh-seduh.

2. Kekhalifahan Harun Ar-Rasyid

Akibat dari masuknya pengaruh asing dalam dunia Islam, maka telah berubah bentuk pemerintahan dari bentuk demokrasi menjadi absolut.ini mulai terasa pada masa Bani Umayyah dan semakin menjadi nyata pada masa Bani Abbasiyah. Konsep pemikiran yang dianut oleh Bani Abbas adalah bahwa pemimpin memperoleh hak memerintah dari Allah, bukan dari manusia karena itu penguasa hanya bertanggung jawab kepada Tuhan.
Para khalifah dalam pemerintahan Bani Abbas, menduduki tahta kerajaan berdasarkan keturunan (atau sering kita sebut dengan sistem monarki). Begitu juga pada diri Harun, ia menjadi khalifah karena ayahnya seorang khalifah dan juga pengganti beliau adalah anak keturunannya. Peranan sang khalifah yang pada dasarnya sebagai Amir al-Mu’minin tetap dijalankan.
Harun Ar-Rasyid (786-809 M) adalah khalifah kelima Daulah Abbasiyah.Beliau diangkat menjadi khalifah pada September 786 M, pada usianya yang sangat muda yaitu 23 tahun.Jabatan khalifah itu dipegangnya setelah saudaranya yang menjabat khalifah Musa Al-Hadi wafat. Dalam menjalankan roda pemerintahan, Harun Ar-Rasyid didampingi Yahya bin Khalid dan empat putranya. Dan Daulah Abbasiyah mencapai puncak kejayaannya pada masa pemerintahan Harun Ar-Rasyid, seorang khalifah yang taat beragama, shalih, dermawan, hampir bisa disamakan dengan Khalifah Umar bin Abdul Azis dari Bani Umayyah. Jabatan khalifah tidak membuatnya terhalang untuk turun ke jalan-jalan pada malam hari, tujuannya untuk melihat keadaan rakyat yang sebenarnya.Ia ingin melihat apa yang terjadi dan menimpa kaum lemah dengan mata kepalanya sendiri untuk kemudian memberikan bantuan.
Pada masa itu, Baghdad menjadi mercusuar kota impian 1.001 malam yang tidak ada tandingannya di dunia pada abad pertengahan. Daulah Abbasiyah pada masa itu, mempunyai wilayah kekuasaan yang luas, membentang dari Afrika Utara sampai ke Hindukush, India.Kekuatan militer yang dimilikinya juga sangat luar biasa.banyak nasihat dan anjuran kebaikan mengalir dari Yahya dan Abunawas kepada Haru Ar-rasyid. Hal ini yang dapat membentengi Khalifah Harun Ar-Rasyid dari perbuatan-perbuatan yang menyimpang dari ajaran-ajaran Islam.Suasana negara yang aman dan damai membuat rakyat menjadi tenteram. Bahkan pada masa pemerintahan Harun Ar-Rasyid sangat sulit mencari orang yang akan diberikan zakat, infak dan sedekah, karena tingkat kemakmuran penduduknya merata. Di samping itu, banyak pedagang dan saudagar yang menanamkan investasinya pada berbagai bidang usaha di wilayah Bani Abbasiyah pada masa itu.
Setiap orang merasa aman untuk keluar pada malam hari, karena tingkat kejahatan yang minim.Kaum terpelajar dan masyarakat umum dapat melakukan perjalanan dan penjelajahan di negeri yang luas itu dengan aman.Masjid-masjid, perguruan tinggi, madrasah-madrasah, rumah sakit, dan sarana kepentingan umum lainnya banyak dibangun pada masa itu. Khalifah Harun Ar-Rasyid juga sangat giat dalam penerjemahan berbagai buku berbahasa asing ke dalam bahasa Arab, karena Bahasa Arab ketika itu merupakan bahasa resmi negara dan bahasa pengantar di sekolah-sekolah, perguruan tinggi, dan bahkan menjadi alat komunikasi umum. Karena itu, dianggap tepat bila semua pengetahuan yang termuat dalam bahasa asing itu segera diterjemahkan ke dalam bahasa arab.
 Khalifah Harun Ar-Rasyid meninggal dunia di Khurasan pada 3 atau 4 Jumadil Tsani 193 H/809 M setelah menjadi khalifah selama lebih kurang 23 tahun 6 bulan. Seperti ditulis Imam As-Suyuthi, ia meninggal saat memimpin Perang Thus, sebuah wilayah di Khurasan. Saat meninggal usianya 45 tahun, bertindak sebagai imam shalat jenazahnya adalah anaknya sendiri yang bernama Shalih.
Daulah Abbasiyah dan dunia Islam saat itu benar-benar kehilangan sosok pemimpin yang shalih dan adil, sehingga tak seorang pun yang teraniaya tanpa diketahui oleh Khalifah Harun Ar-Rasyid dan mendapatkan perlindungan hukum yang sesuai.

Kemajuan yang dicapai Pada masa pemerintahan Harun Ar-Rasyid
Berangkat dari sikap ingin mensejahterakan rakyat maka apapun ia berikan. Keadaan aman ia berikan sehingga membuat para pedagang, saudagar, kaum terpelajar dan jamaah dapat melakukan perjalanan di seluruh wilayah kerajaannya yang sangat besar. Masjid, perguruan tinggi dan sekolah-sekolah, rumah sakit, toko obat, jembatan dan terus-terusan dibangunnya, memperlihatkan hasratnya yang besar untuk kesejahteraan rakyatnya.
Untuk peningkatan kesejahteraan rakyat dan Negara Harun ar-Rasyid memajukan ekonomi, perdagangan dan pertanian dengan sistem irigasi. Kemajuan sektor-sektor ini menjadikan Bagdad, ibu kota pemerintahan Bani Abbas, sebagai pusat perdagangan terbesar dan teramai di dunia. Pada saat itu, banyak terjadi pertukaran barang serta valuta dari berbagai penjuru. Dengan demikian, negara banyak memperoleh pendapatan dari kegiatan perdagangan tersebut lewat sektor pajak sehingga negara mampu membiayai pembangunan sektor-sektor lain.
Gedung-gedung yang megah, sarana peribadatan, pendidikan, kesehatan juga sarana perdagangan mulai dibangun di kota Bagdad. Tidak lupa, ia membiayai pengembangan ilmu pengetahuan dibidang penerjemahan dan penelitian. Negara mampu memberikan gaji yang tinggi kepada ulama dan ilmuwan.Di samping pembangunan untuk masyarakat juga didirikan beberapa istana yang mencerminkan kemewahan waktu itu, salah satunya adalah istana al-Khuldi.
1. Di bidang Pengembangan Ilmu Pengetahuan
Harun ar-Rasyid memperbesar departemen studi ilmiah dan penerjemahan yang didirikan kakeknya, Al-Mansur.Kemurahan hati ar-Rasyid, para menteri dan anggota istana yang berbakat terutama keluarga Barmak, yang saling berlomba membantu ilmu pengetahuan dan kesenian, membuat Baghdad menjadi pusat yang menarik orang-orang terpelajar dari seluruh dunia.Salah satu perkara penting yang menjadikan Harun ar-Rasyid begitu masyhur ialah naungannya atas ilmu dengan mendirikan “Baitul Hikmah” yang merupakan suatu institusi kebudayaan dan pikiran yang cemerlang ketika itu yang telah merintis jalan kearah kebangkitan Eropa.

2. Di bidang Kesusasteraan
Yang telah menjadikan khalifah Harun ar-Rasyid termasyhur dan terkenal ialah melalui buku Seribu Satu Malam, yang telah menduduki tempat paling atas di bidang kesusasteraan dunia. Buku ini telah diterjemahkan ke dalam bahasa-bahasa dunia.

3. Di bidang hubungan Luar Negeri
Khalifah telah menjalin hubungan diplomatik dengan beberapa negara di timur dan barat.Dialah khalifah pertama yang mene-rima para duta besar di istananya.Seperti duta besar yang diutus kaisar Cina dan penguasa Perancis, Charlemagne. Kepada penguasa Perancis iamemberikan sebuah jam yang buat masyarakat barat katika itu masih merupakan barang yang aneh.

4. Di bidang Kesehatan
Khalifah mendirikan rumah sakit lembaga pendidikan dokter dan farmasi, pada masa itu sudah terdapat paling tidak sekitar 800 orang dokter.

B. Perekonomian Pada Masa Khalifah Harun Ar-Rasyid

Sektor sektor utama ekonomi kerajaan abbasiyah Khalifah Harun Al Rasyid. Zaman Abbasiyah di anggap sebagai zaman yang paling kaya dalam sejarah kekhalifahan Islam, ahli-ahli sejarah klasik dan moden bersetuju secara khusus meletakkan zaman pemerintahan Khalifah Harun Al-Rasyid (170 – 194H/786 – 809M) sebagai zaman pencapaian ekonomi yang paling tinggi sehingga layak menerima julukan zaman keemasan (golden period). Prof.Philip K.Hitti menyifatkan kejayaan Abbasiyah dalam soal ini adalah luar biasa kerana ia mampu menaikkan taraf Baghdad dari satu keadaan yang mengagungkan setanding dengan keagungan Bayzantin.
Kejayaan Baghdad menjadi juara perdagangan dunia tentunya ada hubungan dengan kedudukan Dawlah Abbasiyah sebagai kuasa besar dunia pada waktu itu. Kestabilan politik, kecekapan pengurusan pentadhbiran serta ketinggian akhlak masyarakat juga menyumbang kepada pembangunan pesat kota Baghdad. Pada umumnya terdapat tiga sektor ekonomi yang menjadi tonggak kekayaan kerajaan Abbasiyah iaitu sektor pertanian, perindustrian dan perdagangan.
Kerajaan Abbasiyah memberikan perhatian yang serius bagi kemajuan sektor ekonomi Negara dengan mencurahkan perbelanjaan yang banyak,khususnya dalam sektor perindustrian dan pertanian. Di setiap sektor memainkan peranan penting yang tersendiri untuk memberikan sumbangan ekonomi di tahap maksimal.dan berikut adalah penjabaranya.
1. Sektor Pertanian
Abbasiyah kerana pemerintahannya sendiri terletak di daerah yang sangat subur, di tepi sungai yang biasa dikenal al-sawad kerana mereka menyadari pertanian merupakan sumber utama pemasukan Negara, dan pengusahaan tanah hampir sepenuhnya di kerjakan oleh penduduk tempatan, yang statusnya mengalami peningkatan pada masa pemerintahan baru ini.
Sekolah-sekolah pertanian dibuka untuk menganalisis sifat-sifat tanah dan tanaman yang sesuai untuk ditanam di atas jenis tanah dan iklim yang beraneka. Sebuah karya penting tentang ilmu pengolahan tanah dan tanaman ditulis di Iraq oleh seorang pengkaji, Ibn Washiyyah dalam bukunya yang di namakan kitab Al-Filalah al-Nabatiyyah (291H/904M) yang isinya merupakan hasil kajian dan perpaduan antara ilmu tradisional dengan ajaran-ajaran yang termasuk dalam filsafat-filsafat kuno.
Pertanian merupakan sumber terpenting kerajaan Abbasiyah dan petani merupakan majoriti penduduk yang mendiami seluruh wilayah kekuasaan di antara mereka yang hanya menjadi petani, pelaksanaan pengolahan tanah pertanian tidak jauh berbeza dengan amalan masa khulafa’ ar-Rasyidin Kegiatan perdagangan tidak mungkin mencapai kepesatan yang luar biasa jika tidak ditampung oleh kegiatan pertanian dan perindustrian yang kukuh.Hal ini yang sangat menjadi perhatian pemerintah dinasti Abbasiyah. Pada masa Abbasiyah,bidang pertanian mengalami perkembgan pesat, kerana di samping ibu kota terletak di daerah sangat subur (di apit oleh sungai Eufrates dan Tigris), pemerintah memberi kebebasan kepada penduduk setempat untuk mengusahakan tanah pertanian mereka, tanpa tekanan-tekanan yang besifat diskriminasi (membedakan).
Pertanian juga telah mencapai kemajuan kerana kesedaran pihak pemerintah tentang betapa perlunya pertanian sebagai sumber hasil Negara yang utama dan juga kerana kerajaan memberi penghormatan dan layanan yang baik kepada pemilik-pemilik tanah yang subur.Bidang pertanian maju pesat pada masa awal dinasti.

2. Perindustrian        
Faktor utama yang menjadi ukuran tahap ketinggian tamaddun sesebuah Negara itu adalah bergantung kepada kadar penglibatan Negara berkenaan dalam bidang industri. Dalam hubungan ini kita dapati kerajaan Abbasiyah telah memberi pelbagai insentif serta galakan yang kuat kepada golongan usahawan tempatan agar menceburkan diri dalam bidang perindustrian bagi menjaga keseimbangan perniagaan.
Di bidang perindustrian terdapat pemisah antara sektor kerajaan dan swasta, tetapi bagaimana bebasnya pihak swasta bergerak dalam industri kraf tangan misalnya ia tetap di bawah peraturan dan pengawalan Negara, seperti kilang senjata, kapal laut, armada perdagangan fabric kertas dan barang-barang lainnya. Kekuasaan kerajaan yang sedemikian luas dan tingkat peradaban yang tinggi itu dicapai dengan melibatkan jaringan perdangan internasional yang luas.Pelabuhan-pelabuhan seperti Baghdad, Bashrah, Siraf Kairo, dan Iskandariyah menjadi pelabuhan internaisonal.
Industri lain yang sangat penting seperti pembuatan kertas tulis, yang di perkenalkan pada abad ke 8 dari Cina ke Samarkhan kertas samarkand, yang diduduki Islam pada tahun 704, di lihat tiada tandingannya pada waktu itu. Sebelum akhir abad ke 8 Baghdad memiliki kilang kertas yang pertama (the first paper – mill industri) dalam sejarah tamadun Islam. Perkembangan industri ini kemudiannya berkembang keseluruh kota Islam dimana Mesir Berjaya mengasaskan kilang kertasnya yang pertama pada 288H/900M, Morocco pada 494H/1100M dan Spayol pada tahun 545H/1150M.
Sementara di wilayah Khurasan terkenal juga dalam sektor perlombongan, mengikut al-Maqdisi, kegiatan perlombongan emas dan perak kebanyakkannya terdapat di sini.Khurasan juga dikatakan pengeluar batu mar-mar dan batu mercury terbesar masa itu. Sementara batu delima, lapis lazuli (lazawarda)dan batu azura terdapat di wilayah Transoxiana. Di wilayah Kirman pula tertumpu kepada industri bijih timah dan perak. Wilayah-wilayah lain seperti Bahrain masyhur dengan pengeluaran batu mutiara, Nasyabur dengan batu Pirus, sementara di pergunungan Labenon dengan perlombongan besi, Georgia dan Farghana perusahaan minyak tar.
Seni mengolah perhiasan juga mengalami perkembangan pada masa Dinasti Abbasiyah, mutiara, safir, rubi, emerald, dan permata sangat disukai para bangasawan; sedangakan batu zamrud yang berwarna biru kehijauan, batu carnelius, coklat, atau hitam disukai oleh kalangan bawah. Salah satu batu berharga paling terkenal di dalam sejarah Arab adalah delima (ruby) besar, yang pernah dimiliki oleh raja Parsi, klalifah Harun ar-Rahid dikatakan telah membelinya dengan harga 40 ribu dinar, untuk diletakkan pada mahkotanya. Delima itu di anggap yang terbesar pernah ditemui pada masa itu dan mempunyai pancaran cahaya yang luar biasa sehingga boleh dikesan jika diletakkan di ruang yang gelap.Saudara perempuan Harun seperti yang kita ketahui mengenakannya untuk menghias kepalanya, sedangkan permaisurinya menggunakannya untuk menghias kasutnya.Al-Tabari melaporkan perdana Menteri Abbasiyah, Yahya bin Khalid al-Barmaki, pernah menawarkan 7.000.000 dirham kepada seorang hartawan bagi mendapatkan sebuah kotak barang kemas yang bertatahkan batu permata tetapi gagal mendapatkannya.Sementara khalifah mu’taz di laporkan sebagai orang pertama yang telah menggunakan pelana kuda yang diperbuat daripada emas.
Beberapa bidang industri dan kerajinan rakyat yang terkenal pada masa ini antara lain:
1. Industri gelas dan tembikar
2. Industri tekstil dan tenun
3. Industri kertas yang telah lama terkenal di cina
4. Industri perlombongan, penggalian perak, tembaga, timah dan besi
5. Penggilingan gula tebu menyebar di sebelah barat daya Parsi, Basrah dan Tusthat.
6. Selain itu industri pembuatan lilin, sabun dan galangan kapal perang juga di buat.

3. Perdagangan
Pendekatan Khalifah Harun Ar-Rasyid sebelum meninggalnya pada tahun 193 Hijryah telah dapat melaksanakan suatu nilai kemakmuran dan keamanan yang tulen kepada masyarakat Islam.Kota Baghdad yang belum berusia setengah abad di zamannya telah tumbuh dengan pesatnya menjadi pusat dunia yang amat makmur dan mempunyai makna antar bangsa.
Kekuasaan kerajaan yang sedemikian luas dan tingkat peradaban yang tinggi itu dicapai dengan melibatkan jaringan perdagangan internasional yang luas.Pelabuhan-pelabuhan seperti Baghdad, Basrah, Siraf, Cairo dan Iskandariyah menjadi pelabuhan internasional.
Pedagang-pedagang Islam telah berniaga sampai ke negeri China.Luas wilayah kerajaan yang tingginya tingkat peradaban yang dicapai baik dalam bidang industri maupun pertanian memaksa diadakan suatu perdagangan Internasional yang lebih luas.
Sebuah karya penting tentang laluan-laluan, pusat perdagangan dan pemerintahan di tulis pada masa ini (abad ke 3 H/9 M) oleh seorang ahli geografi Abu Al-Qasim bin Khurdadhbeb dari Parsi dalam bukunya yang dinamakan Al-Musalik wa al Mamalik, berikut pusat-pusat penting perdagangan pada masa dinasti Abbasiyah :
1. Antiokia yang terletak di persisir timur laut tengah pelabuhan yang diperlebar pada masa     Khalifah al-Mu’tasim ini merupakan pusat perdagangan Syam yang menjadi transit (perhentian) para saudagar timur dan barat.
2. Pelabuhan Iskandariah dari Varma, juga menjadi penghubung antara pedagang yang   dagang dari Eropah dan Laut merah.
3. Ailot,Qolzam dan Jeddah adalah pusat-pusat perdagangan Laut Merah, Jeddah bahkan setiap tahun menjadi terminal jamaah haji yang dating dari pelusuk dunia
4. Aden merupakan pintu gerbang kapal-kapal yang akan memasuki Laut Merah.
5. Basrah pintu gerbang kota Baghdad dan muara sungai Tigris di datangi oleh pedagang dari Timur dan Barat.
6. Bahgdad merupakan kota dagang terbesar di Asia,sebagaimana Iskandariah sebagai puat perdagangan di Afrika, kesemarakan kota ini tidak saja disebabkan kedudukannya sebagai ibu kota daulah Abbasiyah dan pusat pertemuan jalur-jalur niaga dari seluruh penjuru.
7. Damaskus menjadi kota dagang penting kerana dilewati kapilah-kapilah jamaah haji yang berangkat dan pulang dari Mekkah.
8. Tushat, kota dagang Mesir di zaman dinasti Fatimiyyah, merupakan kota terbersih dan aman tenteram.

Satu kebiasaan bangsa Arab sebelum Islam dan diteruskan kaum muslim, yakni dilangsungkannya pekan-pekan dagang dan bazaar pada waktu-waktu tertentu kota-kota penting perdagangan.
Disebelah timur, pedagang Islam telah menjelajah sampai ke Cina, sejak masa Khalifah al-Manshur para pengusaha dari Basrahh yang membawa dagangannya dengan kapal laut keberbagai negeri yang jauh, masing-masing membawa muatan bernilai lebih dari satu juta dirham. Di sepanjang pelabuhan yang berbatu-batu panjangnya, berlabuh berates-ratus kapal termasuk kapal perang dan kapal perang antar bangsa.

Sumber Kewenangan  Ekonomi Abbasiyah
Sumber-sumber kewangan merupakan hasil-hasil pendapatan Negara mengikut sumber ekonomi Islam. Setiap daripada sumber ini dipungut mengikut keadaan dan syarat tertentu menurut syariat Islam.Agama Islam telah menggariskan dengan selengkapnya untuk kita melaksanakan perkara ini dengan adil dan betul. Sumber kewangan kerajaan Abbasiyah seperti berikut:
1. Zakat.
2. Kharaj.
3. Jizyah.

C. Kemunduran dan Kehancuran Kekhalifahan Harun ar-Rasyid

Secara umum, ada dua hal yang menyebabkan kemunduran dan kehancuran kekhalifahan Harun ar-Rasyid, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
1. Faktor Internal
Semenjak awal pemerintahan Ar-Rasyid, problema suksesi menjadi sangat kritis.Ia telah mewasiatkan tahta kehalifaan kepada putranya yang bernama al-Amin dan kepada putranya yang lebih tua bernama al-Ma’mun seorang gubernur Khurasan dan orang yang berhak menjabat tahta khilafah sepeninggalan saudaranya.
Al-Amin adalah anak lelaki dari Subaidah dan Al-Ma’mun ialah anak dari istrinya yang bernama Marajil, seorang hamba sahaya..Harun ar-Rasyid sangat menyayangi isterinya yang bernama Zubaidah, bahkan ternyata kedudukan isterinya ini setara dengan jabatan khalifah di sisi Harun ar-Rasyid.Atas desakan Zubaidah dan dukungan dari golongan Barmaki yang mendesak agar Al-Amin segera dilantik yang kelak mengganti kedudukan beliau, maka pada tahun 175H / 791 M. Muhammad resmi dilantik menjadi putra mahkota.
Khalifah menyadari bahwa kebijakannya dalam perkara ini adalah suatu kebijakan yang gagal dan akan membawa pada perpecahan dan pertumpahan darah. Oleh karena itu, ia pun mengambil langkah-langkah. Langkah yang paling menonjol yang ditempuhnya untuk menghindari angkara dari anak-anaknya dan menyelamatkan kaum muslim dari suatu keadaan kacau balau yang buruk, beliau melakukan ibadah haji. Di Makkah beliau menulis surat masing-masing berisi pengakuan dari dan kepada kedua anaknya, dan digantungnya di ka`bah, tetapi ternyata kebijakan yang dijalankanya bukan merintis pada perdamaian antara saudara bahkan sebaliknya telah menjadikan perselisihan dan sengketa yang amat buruk di antara Al-Amin dan Al-Ma`mun setelah ayahnya meninggal dunia. Sengketa ini telah mengorbankan beribu-ribu jiwa kaum muslim termasuk Al-Amin sendiri.

2. Faktor Eksternal
            Adapun yang menjadi faktor eksternal adalah:
a. Pengangkatan Ibrahim bin Aqlab sebagai Gubernur turun temurun (800), yang kemudian menjadi Dinasti Aqlabiah, di Afrika Utara (Magribi).
b. Pemberontakan Rafi’ul al-Laish yang baru dapat dipadamkan pada masa Al-Ma’mun.

Wafatnya sang khalifah
Pada perjalanan untuk menumpas kaum pemberontak di Khurasan, Harun ar-Rasyid tertimpa penyakit dan terpaksa berhenti bersama rombongan di desa Sanabat di dekat Tus, dan ditempat ini pula beliau meninggal dunia, tepatnya pada tanggal 4 Jumaditsani, 193 H /809 M.
Kejayaannya memimpin Dinasti Abbasiyah selama 23 tahun 6 bulan menyebabkan Amer Ali memberi penghormatan terhadap Pemerintah ar-Rasyid yang cemerlang tersebut dengan kata-kata berikut: “Nilailah dia seperti yang Anda sukai dalam ukuran kritik sejarah“ Harun ar-Rasyid senantiasa akan disejajarkan dengan raja dan penguasa terbesar di dunia.

BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

Harun ar-Rasyid telah mengangkat popularitas Bani Abbasiyah bahkan juga dunia Islam untuk mencapai puncaknya melalui peningkatan kesejahteraan kehidupan rakyat dan pengembangan ilmu pengetahuan dan kesusasteraan, serta hubungan diplomatik dengan negara luar.
Perekonomian Pada Masa Khalifah Harun Ar-Rasyid, Sektor sektor utama ekonomi kerajaan abbasiyah Khalifah Harun Al Rasyid. Zaman Abbasiyah di anggap sebagai zaman yang paling kaya dalam sejarah kekhalifahan Islam, ahli-ahli sejarah klasik dan moden bersetuju secara khusus meletakkan zaman pemerintahan Khalifah Harun Al-Rasyid (170 – 194H/786 – 809M) sebagai zaman pencapaian ekonomi yang paling tinggi sehingga layak menerima julukan zaman keemasan (golden period).
Adapun sebab mundurnya kekhalifahan ini dapat dilihat dari dua faktor, yaitu faktor internal seperti suksesi pengangkatan putra mahkota dan faktor eksternal yakni di beberapa daerah terjadi pemberontakan serta berdirinya beberapa dinasti baru yang sebelumnya merupakan daerah yang masuk dalam wilayah pemerintahan Harun ar-Rasyid.

DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, Jamil, Seratus Muslim Terkemuka, 1996, Jakarta: Pustaka Firdaus.
Lafidus, M. Ira, Sejarah Sosial Umat Islam, 2000, Cet. II. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
http://akhyar-umam.blogspot.co.id/2014/12/sistem-dan-pemikiran-ekonomi-pada-zaman.html
http://yusufamrullah23.blogspot.co.id/2014/05/makalah-harun-ar-rasyid.html



No comments:

Post a Comment