A. Bani Umayyah
Sejarah Bani Umayyah |
a.
Kemajuan
Dinasti Bani Umayyah
1.
Kemajuan
Dalam Bidang Tafsir
Tafsir
merupakan salah satu ilmu agama islam yang mendapatkan perhatian serius dari
umat islam. Karena dengan mempelajari ilmu Tafsir, mereka akan mudah memahami
makna-makna yang tersurat dan tersirat dalam Al Qur’an. Ada satu riwayat yang
diperoleh dari Siti Aisyah bahwa Nabi Muhammad saw tidak menafsirkan sesuatu
apapun dari Al Qur’an kecuali terhadap ayat-ayat yang telah dipersiapkan
maknanya oleh malaikat jibril. Hal ini menunjukkan bahwa Rosulullah menjadi
mutassir pertama mengenal ayat-ayat Al Qur’an, meskipun semua makna mengenai
ayat-ayat tersebut ialah dipersiapkan oleh malaikat jibril.
Meskipun
orang-orang taqwa tidak mau melakukan penafsiran terhadap ayat-ayat Al Qur’an,
tetapi atsar yang diterima sejumlah sahabat dan ulama kaum muslimin
meriwayatkan bahwa mereka telah melakukan penafsiran terhadap Al Qur’an,
seperti Abdullah bin Abbas. Seorang murid Abdullah bin Abbas bernama Mujahid
berkata, bahwa ketika ia sedang menafsirkan suatu ayat aku melihat sinar pada
dirinya.
Penafsiran
terhadap Al Qur’an yang di lakukan para ahli terdiri dari dua penafsiran.
Pertama, penafsiran yang dikenal dengan sebutan at-tafsir bil ma’tsur, yaitu
penafsiran yang bersandar pada atsar yang diterima dari Nabi Muhammad saw dan
para sahabat. Kedua, at- tafsir birra’yi, yaitu penafsiran yang lebih di
sandarkan pada pendapat akal dari pada naql.
2.
Kemajuan
Dalam Bidang Ilmu Tasawuf
Tasawuf,
menurut Zakaria al-Anshari (852-925 H), salah seorang penulis tasawuf
mengatakan bahwa tasawuf memiliki pengertian cara menyucikan diri, meningkatkan
akhlak, dan membangun kehidupan jasmani untuk mencapai kebahagiaan abadi. Oleh
karena itu, dapat dikatakan bahwa unsur utama tasawuf adalah penyucian diri
agar lebih dekat dengan Yang Maha Suci, dan tujuan akhirnya adalah kebahagiaan
dan keselamatan. Orang yang menyucikan diri disebut Sufi.
Untuk
mencapai tingkatan kesucian dan kedekatanya dengan Tuhan, seorang sufi harus
menempuh banyak jalan dan tingkatan diantara tingkatan yang ada yang begitu
popular dan menonjol adalah zuhud. Fase ini cukup popular pada masa awal
perkembangan tasawuf. Pada fase ini muncul para zahid muslim yang termashur di
kota-kota seperti Madinah, Kufah, Basra,dan juga kawasan Mesir.
Mereka
merupakan gerakan yang menginginkan agar kaum muslimin hidup secara sederhana,
sebagaimana dicontohkan dalam kehidupan Rosulullah saw dan para sahabat yang
saleh dan sederhana.
Dengan
demikian dapat dikatakan bahwa ilmu tasawuf pada masa dinasti Bani Umayyah
belum mengalami perkembangan yang sangat berarti. Meskipun begitu, fase awal
dari perkembangan ilmu tasawuf telah ada dan di praktikkan oleh para sahabat
dan tabi’in. Tahapan yang dipergunakan oleh mereka untuk mendekatkan diri
kepada Tuhan, baru pada fase zuhud dan meninggalkan materi, belum melembaga.
b.
Kemunduran
Dinasti Bani Umayyah
Dinasti
Bani Umayyah mengalami masa kemunduran di tandai dengan melemahnya sistem
politik dan kekuasaan karena banyak persoalan
yang dihadapi para penguasa dinasti ini. Di antaranya adalah masalah politik,
ekonomi, dan sebagainya.
Seperti
diketahui bahwa setelah khalifah Hisyam bin Abdul Malik, para khalifah Bani
Umayyah tidak ada yang dapat diandalkan untuk mengendalikan pemerintahan dan
keamanan dengan baik. Selain itu, mereka juga tidak dapat mengatasi
pemberontakan didalam negeri secara tuntas. Bahkan mereka tidak mampu lagi
menjaga keutuhan dan persatuan di kalangan keluarga Bani Umayyah. Sehingga
sering terjadi pertikaian di dalam rumah tangga istana. Penyebanya adalah
perebutan kekuasaan. Siapa yang akan menggantikan kedudukan khalifah dan
seterusnya.
Adapun
sebab-sebab kemunduran dinasti Bani Umayyah adalah sebagai berikut:
1. Khalifah
memiliki kekuasaan yang absolute. Khalifah tidak mengenal kompromi, menentang
khalifah berarti mati. Contohnya adalah peristiwa pembunuhan Husein dari para
pengikutnya di Karbala. Peristiwa ini menyimpan dendam di kalangan para
penentang Bani Umayyah. Sehingga selama masa-masa kekhalifahan Bani Umayyah
terjadi pergolakan politik yang menyebabkan situasi dan kondisi dalam negeri
dan pemerintahan terganggu.
2. Gaya
hidup mewah para khalifah. Kebiasaan pesta dan berfoya-foya di kalangan istana
menjadi factor penyebab rendahnya moralitas mereka, disamping mengganggu
keuangan Negara. Contohnya khalifah Abdul Malik bin Marwan dikenal sebagai
seorang khalifah yang suka berfoya-foya dan memboroskan uang Negara.
Sifat-sifat inilah yang tidak disukai masyarakat, sehingga lambat-laun mereka
melakukan gerakan pemberontakan untuk menggulingkan kekuasaan dinasti Bani
Umayyah.
3. Tidak
adanya ketentuan yang tegas mengenai
system pengangkatan khalifah. Hal ini berujung
pada perebutan kekuasaan di antara para calon khalifah.
4. Banyaknya
gerakan pemberontakan selama masa-masa pertengahan hingga akhir pemerintahan
Bani Umayyah.usaha penumpasan para pemberontak menghabiskan daya dan dana yang
tidak sedikit sehingga kekuatan Bani Umayyah mengendur.
5. Pertentangan
antara Arab Utara dan Arab Selatan semakin meruncing , sehingga para penguasa
Bani Umayyah mengalami kesulitan untuk mempertahankan kesatuan dan persatuan
serta keutuhan Negara
6. Banyaknya
tokoh agama yang kecewa dengan kebijakan para penguasa Bani Umayyah, karena
tidak didasari atas syari’at islam.
Factor ini kemudian
menguat dan menjadi penyebab kehancuran dinasti Bani Umayyah.
c.
Keruntuhan
Dinasti Bani Umayyah
Adapun
sebab-sebab utama terjadinya keruntuhan dinasti Bani Umayyah adalah sebagai
berikut :
1. Terjadinya
persaingan kekuasaan di dalam anggota keluarga Bani Umayyah
2. Tidak
ada pemimpin politik dan militer yang handal yang mampu mengendalikan kekuasaan
dan menjaga keutuhan Negara
3. Munculnya
berbagai gerakan perlawanan yang menentang kekuasaan Bani Umayyah, antara lain
gerakan kelompok Syi’ah
4. Serangan
pasukan Abu Muslim al-Khurasani dan pasukan Abul Abbas ke pusat-pusat
pemerintahan dan menghancurkannya.
d. Hikmah dari Keruntuhan dan Kehancuran Dinasti Bani Umayyah
Banyak hikmah yang dapat diambil dari kehancuran
dinasti Bani Umayyah, diantaranya adalah :
1. Tidak
boleh rakus dalam kekuasaan
2. Tidak
boleh boros, apalagi menggunakan yang Negara yang sumbernya berasal dari uang
rakyat
3. Harus
berlaku adil dalam segala hal ketika menjadi pengusa dan setelahnya
4. Berakhlak
mulia dan jangan sombong
5. Harus
dengan Tuhan dan rakyat yang mendukung kekuasaannya
6. Mengasihi
fakir miskin dan orang-orang lemah.
No comments:
Post a Comment